Senin, 05 Juli 2010

Artikel tentang Koi

KOI: PENGHASIL AMONIA

Koi menghasilkan amonia dari proses metabolisma mereka. Koi sering disebut sebagai mesin penghasil amonia karena banyaknya kotoran yang dihasilkan dari sisa makanan mereka. Amonia ini dihasilkan dari:
1. Respirasi koi menghasilkan amonia lewat insangnya
2. Proses pencernaan lewat: Urin dan kotoran
3. Sisa-sisa makanan terurai menjadi beberapa bahan kimia termasuk amonia
4. Endapan kolam yang terdiri dari kotoran ikan, daun yang membusuk dan bangkai organisma lainnya.

Kita bisa menghitung amonia yang dihasilkan dari pakan dengan membuat beberapa asumsi:
1. Kita hanya memberi makan Koi kita secukupnya sehingga kadar amonia yang dihasilkan jumlahnya kurang lebih tetap setiap hari. Bila kita tahu berapa banyak pakan yang kita berikan setiap hari maka kita dapat menghitung kadar amonia di kolam kita dengan lebih mudah.
2. Seperti yang sudah kita ketahui, Koi memerlukan pakan sekitar 1% hingga 2% dari berat badannya. Tetapi perhitungan yang kita buat harus berdasarkan berat sebenarnya atau banyaknya pakan yang kita berikan setiap hari.
3. Kandungan protein pada pakan Koi pada umumnya adalah sekitar 36%, tetapi kadang bisa mencapai 40%.
4. Sedangkan diketahui kandungan nitrogen pada protein adalah 16%.
5. Jadi dengan mengalikan berat pakan yang kita berikan dengan % protein, kemudian mengalikannya lagi dengan % Nitrogen dalam protein, kita akan mengetahui berat atom Nitrogen yang ada dalam air kolam kita.
6. Bila kita mengetahui volume air kolam, kita dapat menghitung ppm dari Nitrogen.
7. Beberapa perhitungan berdasarkan asumsi di atas pada kebanyakan Kolam Koi, menghasilkan angka 1,6 ppm atom Nitrogen setiap hari.
a. Angka di atas akan menghasilkan 1,9 ppm amonia
(4,3 ppm untuk 2% pakan – 40% protein)
b. 1,9 ppm amonia akan menghasilkan nitrit hingga 5,2 ppm
(11,6 ppm untuk 2% pakan – 40% protein)

Jadi setiap hari kita menghasilkan 1,9 ppm amonia dan 5,2 ppm nitrit. Bila kita menghitung banyaknya kandungan amonia dan nitrit yang ada di kolam sekarang ini, kita tahu selisihnya adalah jumlah yang dapat diolah oleh bakteri pengurai setiap hari.
Bila di kolam kita tidak terdapat bakteri pengurai dan kita tidak melakukan pergantian air secara rutin, maka kandungan amonia dalam kolam akan terus bertambah 1,9 ppm setiap hari dan nitrit bertambah 5,2 ppm setiap harinya.
Bila ini terjadi maka Koi akan segera mati keracunan amonia dan nitrit. Biarkan dua minggu, maka semua Koi dalam kolam akan mati, bilapun ada yang tersisa, Koi akan terinfeksi Columnaris dan Aeromonas seperti busuk insang, busuk sirip, infeksi jamur sekunder, lubang di tubuh dan lain-lain.


Bagaimana Badan Koi yang ideal?

Para penghobi pemula biasanya membeli koi pertama mereka berdasarkan selera mereka sendiri. Apakah ini salah? Hmm.. yang namanya hobi… siapa sih yang mau larang? Biasanya yang pertama mereka pilih adalah koi yang mempunyai warna yang pekat dan yang pasti… pola yang mereka suka.

Sekali lagi, apakah ini salah?

Menurut saya begini…

Faktor seperti warna dan pola adalah hal yang penting diperhatikan ketika kita memilih koi, tetapi bila kita sempat bertukar pikiran dengan para penghobi yang lebih dulu ‘terjebak’ di hobi ini, mereka akan mengatakan bahwa ‘body conformation’ adalah hal utama yang harus dipertimbangkan ketika kita memilih calon klangenan kita. Untuk sekedar informasi, dalam kontes-kontes, bobot nilai yang paling besar dalam lembar penilaian juri adalah ‘body conformation’ ini. Bobotnya bisa sampai 50%, lo! Oleh karena itu, bila kita bermaksud untuk merawat koi kita untuk jangka panjang (sukur-sukur bisa ikut kontes) maka ‘body conformation’ sebenarnya harus menjadi poin pertama yang harus kita perhatikan.


Jadi, apa sih ‘body conformation’ itu sebenarnya? Apa saja yang menjadi elemen-elemen di dalamnya? Agar lebih jelas, kita uraikan satu persatu…


Pertama, yang paling mudah dilihat. Koi tidak boleh cacat, misalnya sirip hanya satu, badan yang membengkok, mulut yang sobek dan lain-lain. Yang penting juga, Koi harus sehat tanpa tanda bekas ulcers, bekas luka, jamur atau infeksi di setiap bagian badannya.


Kepala koi harus simetris dan ukurannya proporsional ketika dibandingkan dengan badannya – tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Bila transisi dari tutup insang ke bagian badan terlalu jelas maka kemungkinan kepalanya tidak proporsional. Ukuran dan bentuk moncongnya juga harus bagus – tidak terlalu pendek atau rata dan tidak terlalu menonjol. Perhatikan juga ukuran sirip-siripnya.


Penghobi pemula cenderung memilih koi berdasarkan warna dan pola (mungkin) karena kriteria ini lebih dikenal dan lebih sering dibahas dalam literatur-literatur dibandingkan ‘body conformation’. Mengapa di kebanyakan literatur hanya dibahas masalah warna dan pola? Hmm.. (mungkin juga) karena menjelaskan ‘body conformation’ yang baik dengan kata-kata memang agak sulit. Kebanyakan para penghobi mulai mengenal ‘body conformation’ yang baik setelah sering melihat koi-koi juara di kontes-kontes atau melihat foto-foto koi dalam literatur.


Badan koi yang baik harus sedekat mungkin dengan standar yang diterima umum dalam perkoian. Badan harus tebal dan bentuknya seperti torpedo, besar di bagian tengah dan semakin ke belakang semakin mengecil. Pangkal ekor dan bahu harus padat berisi. Koi yang terlalu gemuk atau terlalu kurus lebih baik jangan dipilih.


Akhirnya, tidak ada koi yang sempurna (seperti juga kita manusia). Jadi, menurut saya, koi tidak bisa dinilai dari kekurangannya. Malah kadang, sedikit kekurangan akan menambah keindahan koi – ini alasannya mengapa dalam penilaian koi tidak dengan cara menjumlahkan nilai-nilai plus dan minus poin yang dinilai. Keindahan koi diapresiasi lewat nilai keseluruhan dari bagaimana penampilan koi itu dan bagaimana kesan bagi yang melihatnya.


Sekilas tentang Pola Koi

Pola pada koi tosai bisa menjadi kunci juara atau malah menjadi ‘penghalang’ bagi koi tersebut. Saya bukan juri koi dan juga tidak coba-coba untuk menjadi juri, tetapi yang saya tahu, adanya warna atau pola pada bagian-bagian ‘yang tidak seharusnya’ akan membedakan mana koi yang layak diuji di kontes-kontes dan mana koi yang ‘hanya’ bagus ditampilkan di kolam kita di rumah. 


Memang benar – penilaian koi harus berdasarkan ‘nilai keseluruhan’ dari koi yang dikonteskan. Bahkan ada yang bilang, beberapa juri koi akan mengabaikan ‘cacat pola’ seperti yang dituliskan di buku-buku asalkan secara keseluruhan koi yang dinilai mempunyai pesona seperti sebuah karya seni.


Seperti yang kita tahu, penilaian terhadap sebuah karya seni adalah sangat subjektif. Oleh karena itu, seekor koi yang mempunyai pola yang non-dogmatis bisa disukai oleh seorang juri dan bisa juga dinilai biasa-biasa saja atau bahkan cacat oleh juri yang lain. Bagi pemula di kontes koi, mungkin lebih baik dan lebih amannya bila kita mengikutsertakan koi yang mengikuti aturan pola tradisional.


Aturan yang paling mendasar mengenai pola adalah keseimbangan, bukan hanya bentuk pola tetapi juga warnanya. Ini adalah poin penilaian dasar yang tidak akan pernah berbeda, siapapun jurinya. Juri mungkin saja mengabaikan satu atau dua bintik warna yang tidak seharusnya ada, tetapi yang pasti mereka tidak akan memberikan Piala pada Kujaku yang hanya mempunyai pola kecil di bagian samping badannya.


Ketika membandingkan dua ekor koi yang mempunyai nilai keseimbangan yang sama, koi dengan pola yang lebih kompleks akan mendapatkan peluang yang lebih besar. Alasannya? Karena tentu pola yang kompleks membuat keseimbangan lebih sulit dicapai… kira-kira begitu… Jadi Kohaku Sandan (pola 3-step) mendapatkan peluang yang lebih besar dibandingkan Nidan (2-step) dengan asumsi keduanya sama-sama memiliki keseimbangan yang sangat baik. Dengan begitu, Kohaku Yondan (4-step) akan mendapatkan peluang yang lebih besar dibandingkan Kohaku Sandan dengan kondisi keseimbangan yang sama.


Bagaimana dengan koi yang hanya memiliki satu-step? Apakah tidak mungkin mendapat gelar Grand Champion? Kalau ditanya mungkin sih, mungkin saja. Ingat, pola hanyalah salah satu dari poin penjurian dalam kontes-kontes.


Bicara tentang keseimbangan dan kompleksitas, ada pola tertentu yang seringkali dicari oleh penghobi koi. Salah satunya adalah pola inazuma. Pola inazuma mirip seperti halilintar atau pola zig-zag di kanan-kiri punggung koi.

Mengamati pola koi adalah salah satu aspek yang menyenangkan sebelum membeli dan membawanya pulang ke rumah. Ada aturan-aturan ‘text-book’ dan pakem yang jelas mengenai pola ini. Cobalah, sebelum berangkat ke dealer koi hapalkan pakem-pakem tadi dan kemudian coba terapkan aturan ini di depan bak-bak fiber dealer koi kepercayaan anda. Bagi saya pribadi, ini benar-benar menyenangkan. Tetapi ingat, kadang aturan-aturan ‘text-book’ ini kurang mengena dengan selera kita, so akhirnya… terserah anda. HAPPY HUNTING!


Kamus Istilah Koi

A

Agi – Dagu. Istilah ini digunakan bukan hanya untuk menunjukkan ‘dagu’ Koi, tetapi juga menunjukkan seluruh bagian samping muka termasuk penutup insang.

Agi Sumi – Sumi yang terletak pada bagian Agi.

Ai – warna biru Indigo, seperti pada warna dasar ASAGI atau aksen pada AIGOROMO.

Aigoromo – pola netting berwarna indigo pada pola merah KOHAKU.

Ai goromo

Ai-no-Fuki – Pola melengkung berwarna indigo diatas pola Hi seperti pada AIGOROMO

Ai-no-Fukidashi – Ai yang mulai naik/ muncul

Ai-Sashi – Sashi biru. Sashi pada AIGOROMO

Aka – Istilah umum yang berarti ‘merah’

Aka Hajiro – Koi Merah dengan sirip putih dengan MOTOAKA pada pangkal sirip pektoral. Merupakan jenis pengembangan dari BENIGOI

Aka Hajiro

Akame Kigoi – KIGOI bermata merah.

Aka Muji – Koi bersisik Merah, biasa juga disebut HIGOI

Aka Sanke – Sanke Merah. Aka berarti ‘merah’. AKA SANKE adalah Taisho Sanshoku (Sanke) dengan warna merah/HI yang dominan dan SHIROJI yang sangat minim. AKA SANKE bukan nama jenis Koi, tetapi istilah ini lebih pada memberikan deskripsi. Meski minimnya SHIROJI mengurangi keanggunannya, AKA SANKE mempunyai citra yang dinamis dan kuat.

Aka Sanke

Amime – Netting. Bagian badan Koi dilapisi dengan sisik dan kadang tumpukan sisik ini tampak seperti pola jaring yang sangat indah. Ini disebut AMIME

Aoji – Dasar biru; Sumi yang belum naik/ muncul pada permukaan badan Koi. Disebut juga SOKO ZUMI: (SOKO artinya ‘dasar’). AOJI umumnya terlihat pada SHIROJI dan tampak berwarna biru transparan. Ini menunjukkan SUMI yang belum ‘finished’. Istilah ini hanya digunakan pada beberapa jenis yang memiliki SUMI seperti pada Taisho Sanshoku (Sanke). Setelah AOJI naik, KOI bisa disebut ‘finished’

Aragoke – Bersisik besar.

Asagi – Koi Biru dengan perut berwarna merah, pola yang utama adalah FUKURIN yang nampak seperti pola tipis berupa jaring diatas warna dasar indigo, bagian kepala putih bersih, sebagian memiliki MOTOAKA. Jenis ini termasuk jenis tua.

Asagi

Atama – Kepala; Mahkota

Atama ga hageru – Keadaan kepala yang bersih; kepala yang bersih

Ato – Lambat naik/ munculnya (misal: ato sumi)

B

Bekko – Koi dengan warna dasar solid dihiasi dengan spot hitam yang menyebar; SHIRO BEKKO adalah Koi putih dengan spot hitam, HI BEKKO adalah Koi merah dengan spot hitam, KI BEKKO adalah Koi Kuning dengan spot hitam.

Bekko

Beni – Citra warna merah yang lebih kuat.

Benigoi – Koi berwarna merah, lebih merah dari HIGOI.

Benigoi

Beni Kumonryu – KUMONRYU dengan pola HI. BENI adalah istilah lain untuk warna merah. KUMONRYU adalah versi DOITSU dalam keluarga KARASU. Bila KARASU dikawinkan dengan KOHAKU, maka akan menghasilkan BENI KUMONRYU. Pola HI nya akan lebih mirip dengan pola mendatar KUMONRYU dibandingkan pola KOHAKU.

Beni Kumonryu

Beta Ginrin – Kilau Cermin; Seluruh sisik berkilau seperti cermin, disebut juga NIIGATA GINRIN. Kilauannya kuat tetapi tergantung dari sudut pandang. Belakangan, dikembangkan HIROSHIMA GINRIN yang memiliki kilauan yang lebih kuat.

Bire – ‘Api’, nama yang digunakan untuk pola merah tertentu pada ASAGI dan SHUSUI

Boke – SUMI yang belum/ tidak naik (pada SHOWA)

Boke

Bongiri – Setengah (badan Koi) Kedua berwarna lebih terang. Koi yang pada setengah bagian belakang badannya memiliki sedikit pola atau pola yang ringan dibandingkan dengan setengah bagian depannya. Koi ini seperti hanya memakai kaus oblong saja: keadaan kurang baik pada Koi yang masih berukuran kecil tetapi bila Koi ini berkualitas tinggi dan tumbuh besar maka akan menjadi Koi yang sangat cantik. Banyak koi juara berpola BONGIRI.

Bozu – Gundul; merujuk pada biksu Budha. Koi dengan kepala putih tanpa HI ataupun SUMI. Awalnya, walaupun pada kepala Koi hanya ada sedikit bercak warna, ini tetap tidak disebut BOZU. Tetapi sekarang, semua Koi dengan kepala berwarna terang disebut BOZU.

Bu – Pembagian kelas menurut satuan panjang di Kontes Koi di Jepang.

Budo Goromo – GOROMO berwarna anggur. BUDO berarti warna ‘anggur’ (ungu tua). Warna BUDO menumpuk pada seluruh pola HI, tidak membentuk lengkungan seperti pada AIGOROMO. FUKURINnya juga berwarna BUDO. Jenis ini memiliki kontras yang sangat kuat dan indah antara SHIROJI dan BUDO.

Budo Goromo

C

Carotene – Nutrisi yang memberikan warna merah pada Koi. Koi menyerap carotene sebagai nutrisi agar tetap hidup dan tumbuh. Ketika carotene berada dalam lemak di permukaan tubuh koi, maka akan nampak sebagai warna merah. Karena Shiro Utsuri tidak memiliki warna merah pada polanya, maka carotene yang dikonsumsi oleh jenis ini akan mengakibatkan munculnya noda merah pada pola.

Caudal fin – Sirip ekor.

Chagoi – Koi bersisik berwarna kecoklatan. Term ini sering secara salah ditujukan pada Koi berwarna abu-abu kebiruan (SORAGOI) DANA Koi warna kehijauan (MIDORIGOI)

Chagoi

Chigyo – Burayak yang belum disortir

Chobo Zumi – Bayang gelap pada kepala Koi muda yang disebabkan oleh kulit tipis dan transparan pada bagian itu.

Chupa – Koi berkualitas menengah

D

Dagoi – Koi berkualitas rendah.

Daiya Ginrin – Kilauan berlian. DAIYA ‘ berlian’. Ginrin yang sangat berkilau dilihat dari sudut manapun, disebut juga HIROSHIMA GINRIN. DAIYA GINRIN adalah pengembangan dari NIIGATA GINRIN yang yang dilakukan oleh KAMIDERA Koi Farm di Hiroshima.

Danmoyo – Pola bertingkat (STEP). Pola HI terpisah yang membentuk tingkatan, dihitung mulai dari bagian kepala ke bagian ekor “step ke-1” “step ke-2” “step ke-3” dst.

Date – Pola. Disebut juga KATATSUKI. Pola hanya merupakan salah satu komponen dari keindahan ikan Koi. Konformasi dan Kualitas adalah yang lebih penting.

Doy Hi – HI di badan.

Doh Zumi – Menunjukkan Sumi yang melebar hingga kebawah gurat sisi SHOWA.

Doitsu – Koi Jerman, hanya bagian tertentu dari badannya bersisik, biasanya disepanjang dua gurat sisi dan disisi sirip dorsalnya.

Doitsu Yamato Nishiki / Heisei Nishiki – SANKE metalik tanpa sisik

Doitsu Yotsushiro – asal KUMONRYU; YOTSU artinya 4, SHIRO berarti PUTIH: Koi dengan 4 bagian putih: hidung, ekor dan dua sirip pektoral

Doka Zumi – Sumi yang lebar, disebut juga OH ZUMI

Doroike –Mud pond/ Empang

Doware – Bagian putih yang lebar pada pola Koi

E

Egatacho – Buku yang berisi gambaran tangan jenis-jenis Koi sebelum kamera foto ditemukan.

F

Fuji –Warna metalik di bagian kepala beberapa koi muda non-metalik

Fukurin – Pembungkus sisik. Bagian yang keras dari kulit (cuticle) yang tampak seperti seperti garis yang mengelilingi sebuah sisik. Nama ini diambil dari kata FUKU (‘melapisi’ atau ‘membungkus’) dan RIN (‘sisik’). FUKURIN jelas tampak pada jenis HIKARIMONO. Awalnya diyakini hanya terdapat pada jenis berwarna metalik karena memang agak sulit melihatnya pada varietas lain. Saat ini FUKURIN juga terlihat pada KOHAKU dan SANKE berukuran besar.

Funazoko Hi – HI dasar. HI pada bagian perut dan dibawah gurat sisi ASAGI atau SHUSUI. FUNAZOKO artinya ‘bagian bawah/ dasar kapal’. Poin apresiasi jenis ini karena lemahnya warna lain.

G

Gaku Hi – Hi pada bagian atas muka (kening)

Gin – Warna perak, metalik.

Ginsui – Shusui metalik., biasa juga disebut KINSUI

Gin Me – Mata perak. Lingkaran warna putih disekeliling mata Kohaku. Bila Koi bermata hitam (KURO ME), kemungkinan besar adalah Sanke atau Showa.

Ginrin/ Kinrin – GIN artinya “perak”, KIN artinya “emas” dan RIN berarti “sisik”. KIN GINRIN (istilah yang benar) seringkali disingkat atau disebut dengan GINRIN.

Gin Shiro – Pendeknya dari GIN SHIRO UTSURI. Jenis ini memiliki pola SHIRO UTSURI diatas dasar warna platinum. Perhatikan bahwa jenis ini berbeda dari GINRIN SHIRO UTSURI.

Godan – Pola lima step

Goma Zumi – GOMA artinya “biji wijen”. GOMA ZUMI adalah sumi-sumi kecil yang tersebar di tubuh Koi seperti biji wijen di atas masakan Jepang.

Gosai – usia lima tahun.

Gosanke – Kohaku, Taisho Sanshoku (Sanke) dan Showa. Ada lebih dari 80 jenis ikan Koi. Diantaranya adalah Kohaku, Taisho Sanshoku (Sanke) dan Showa yang dianggap sebagai jenis yang paling utama dan dasar. Ketiga jenis Koi ini sering disebut Gosanke.

Goshiki – artinya “5 warna”; Kohaku dengan pola NET warnabiru diatas SHIROJI dan HI, beberapa GOSHIKI hanya memiliki NET diatas SHIROJInya, warna merah dan biru bertumpuk sehingga menjadi warna ungu terutama pada bagian kepala, non-metalik sehingga berbeda dari KUJAKU.

Gotenzakura – Pola buah ceri

H

Hachi – Kepala. Istilah lainnya adalah KAO dan MEN (wajah). Bagian kepala sering kali dianggap sebagai bagian yang sangat penting dalam apresiasi Koi terutama bersihnya SHIROJI dan pola pada kepala.

Hachiware – Kepala terbagi.; HACHI artinya ‘kepala’, WARE artinya ‘membagi’; Pola SUMI yang membagi kepala seperti pada SHIRO UTSURI, SHOWA, KINSHOWA dan UTSURI lain. Biasa juga disebut MENWARE. MEN artinya ‘wajah’.

Hageru – Tidak ada bagian yang pucat dibagian kepala terutama pada jenis koi metalik

Hageshiro – HAJIRO dengan kepala warna putih.

Hajiro – Koi bersisik hitam dengan sirip pektoral (sirip dada) berwarna putih atau berujung putih dan bagian perut berwarna putih.

Hakamahaki – Koi dengan pola yang padat di setengah bagian belakangnya sehingga tampak seperti sedang memakai celana panjang. Lawannya adalah BONGIRI yang tidak mempunyai atau sangat sedikit pola di setengah bagian belakang badannya.

Hanagara Moyo – Pola bunga; pola hi yang tampak seperti bunga yang sedang mekar.

Hanatsuki – Pola HI dikepala yang memanjang hingga ke hidung

Hanazumi – Pola (atau noda) hitam di sekitar mulut dan hidung

Hara – Bagian perut

Harabote – Badan yang gemuk; ‘Body conformation’ adalah hal yang utama dalam penilaian seekor Koi. Bentuk badan Koi yang sedemikian rupa sehingga ketika dia berenang tidak menciptakan tekanan di permukaan air adalah yang yang dianggap ideal. Koi yang terlalu gemuk (disebut HARABOTE) kurang disukai.

Hariwake – HIKARIMONO MUJI yang mempunyai warna dasar putih metalik dengan pola berwarna kuning sampai merah. Dengan semakin berkembangnya jenis ini, warna pola semakin bervariasi antara nuansa kuning dan merah, tetapi Koi dengan pola merah yang baik sekarang menjadi jenis tersendiri, disebut KIKUSUI yang sebenarnya adalah KOHAKU metalik.


Hariwake

Hasami Zumi – SUMI Sisipan (?) (Mohon dikoreksi? (pen.)); SUMI diantara pola-pola HI. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan SUMI pada jenis SANKE. HASAMI SUMI letaknya di bagian SHIROJI yang sempit, bukan terletak pada pola HI.

Hashiri Zumi – HASHIRI artinya “lari; terletak sepanjang”; SUMI dalam bentuk garis-garis (bukan seperti MOTOGURO) pada sirip dada SHOWA. Istilah ini juga digunakan untuk menunjukkan garis-garis SUMI pada sirip dada SANKE. Istilah ini hanya digunakan pada sirip dada dan ekor, tetapi tidak untuk SUMI pada bagian badan.

Heisei Nishiki – LIHAT: DOITSU YAMATO NISHIKI

Hi – Merah; AKA dan BENI juga berarti “merah” hanya penggunaannya saja yang berbeda.

Hiagari – kepekatan warna merah

Hiban – Elemen pola atau bagian berwarna merah

Higoi – Koi dengan warna merah solid yang lebih muda dibanding BENIGOI, sering juga disebut AKA MUJI

Hikari – metalik; ada tiga golongan HIKARIMONO: HIKARI MUJI (termasuk PLATINUM dan YAMABUKI), HIKARIMOYO (termasuk KUJAKU) dan HIKARI UTSURI (termasuk KIN SHOWA, GIN SHIRO UTSURI dan KIN KI UTSURI)

Hikarimono – Golongan metalik; Koi dengan badan berwarna metalik mengkilap yang merupakan keturunan dari OGON asli.

Hikarimoyo – Koi metalik berwarna dasar putih dengan multi warna

Hikarimuji – Koi Metalik satu warna, dengan atau tanpa retikulasi sisik

Hikobore – Noda-noda HI yang menyebar; HI – HI kecil tang terpisah dari pola HI yang lebih besar, disebut juga TOBI HI. Biasanya tidak disukai, tetapi bisa menjadi aksen yang baik pada KOHAKU yang terlalu banyak SHIROJInya.

Hi-moyo – Pola merah, seperti pada KOHAKU

Himo Zumi – SUMI Benang; bentuk Sumi yang memanjang dan tipis seperti benang (HIMO) tetapi tidak harus lurus. Istilah ini biasanya digunakan untuk menunjukkan SUMI pada SHOWA dan SANKE. SUMI ini cenderung menjadi melebar, tetapi bila tetap muncul sebagai pola yang tipis dan artisti maka akan membuat Koi menjadi lebih menarik. Tergantung pada arah polanya, disebut TATE ZUMI bila sejajar dengan sirip punggung; disebut OBI ZUMI bila memotong sirip punggung atau disebut TASUKIGAKE bila arahnya diagonal.

Hi Mura – HI yang tidak rata; HI yang baik adalah HI yang (kepekatannya) rata diseluruh badan Koi. HI bisa menjadi semakin rata pada Koi dewasa dan ketika karoten semakin banyak.

Hinomaru – Matahari terbit

Hirenaga Koi – Koi Kumpay; Koi dengan sirip panjang (dianggap bukan salah satu jenis Koi)

Hi Showa – SHOWA Merah; SHOWA dengan lebih banyak pola HI dibandingkan SHIROJI. HI SHOWA bukan nama jenis, tetapi lebih merupakan penjelasan atas banyaknya HI dan SHIROJI pada SHOWA. Sejak KINDAI SHOWA (memiliki lebih banyak SHIROJI) semakin banyak diternakkan maka jenis SHOWA tradisional sering disebut HI SHOWA.

Hitomomi Zumi – Pola ‘Hito’; Pola SUMI pada kepala berbentuk “V” atau “Y” seperti salah satu karakter Jepang (HITO).

Hoaka – HI pada tutup insang

Honmeibara – The favorite parent out of many parental Nishikigoi.

Honzumi – SUMI dengan warna hitam indigo dianggap sebagai SUMI yang stabil

Hoshi – bagian yang polos atau jendela dalam sebuah pola

Houki Zumi – SUMI sapu; HOUKI berarti “sapu”. SUMI yang terlihat seperti bekas tersapu berupa pola garis-garis pada sirip dada atau ekor SANKE. HOUKI ZUMI disebut juga HASHIRI ZUMI atau TEJIMA. Garis-garis yang tipis lebih disukai dibandingkan garis yang tegas dan tebal.

I

Ichimatsu – Papan catur; pola berselang dari bagian kanan ke bagian kiri

Ichimatsumoyo – Pola papan catur

Ikeage – Panen Koi dari kolam lumpur

Inazuma – Petir; Istilah yang digunakan untuk menggambarkan pola Hi yang berkelok seperti petir di sepanjang badan.

Ippin – Unik; Setiap Koi berbeda dan mempunyai nilai keindahan masing-masing. Koi yang cantik dan unik disebut IPPIN. IPPIN berarti keindahan yang unik dan kemampuan untuk menarik perhatian yang hanya dimiliki oleh ikan Koi. Istilah lain yang digunakan adalah MEIRI.
Ipponhi – Merah yang tidak terputus; Pola HI yang menyambung dari kepala hingga ekor. Banyak yang berpendapat bahwa pola ini adalah pola yang membosankan. Bila secara keseluruhan Koi ini berkualitas tinggi, maka pola ini masih bisa diapresiasi. INAZUMA adalah salah satu bentuk IPPONHI.

Iro – Warna

Iroagari – Tingkat kepekatan warna

Iroage – Peningkatan kualitas warna; Karena ikan Koi tidak dapat memproduksi sendiri pigmen merah dalam tubuhnya, maka sebaiknya kita memberi makanan yang mengandung karoten untuk menjaga dan memelihara warna merah pada pola Koi.

Irogoi – Nama Kuno untuk Nishikigoi.

J

Jihada – Tekstur kulit Koi

Jikasan – Hasil ternakan sendiri; digunakan untuk membedakan Koi yang dibeli dari peternak lain.

Jitai – tinggi badan KOI; antara bagian kepala dan bagian yang tertinggi dari badan. Pendapat lain mengatakan, JITAI adalah istilah yang mengekspresikan hubungan dan kesatuan yang khusus antara tekstur kulit (JI – terutama SHIROJI) dan badan (TAI) Koi. Kata ini digunakan secara khusus ketika kita sedang membicarakan konstruksi koi yang berkualitas tinggi. Koi yang memiliki kulit yang putih bersih dan badan yang baik berarti memiliki elemen dasar dari Koi yang berkualitas tinggi. Dan JITAI yang baik adalah warna kulit yang putih bersih dengan struktur tulang yang bagus.

Joppa – Istilah yang digunakan untuk menunjukkan jenis Koi yang lebih tinggi, biasanya untuk

Juji – Bentuk Salib

Jyami – bintik-bintik kecil SUMI pada jenis-jenis KOI yang memiliki SUMI, menunjukkan kualitas rendah dan cacat.

Jyami Zumi – bintik-bintik SUMI kecil dan banyak; disebut juga JYARI SUMI atau GOMA (biji wijen). Bintik-bintik ini tidak menyatu membentuk bintik SUMI yang besar sehingga tampak kotor dan membuat Koi terlihat kurang anggun. Bila bintik ini muncul pada pola HI maupun SHIROJI maka akan makin menurunkan nilai Koi tersebut. JYAMI adalah sekelompok bintik kecil SUMI, sedangkan SHIMI adalah sebuah bintik tunggal.

K

Kabuto – Helem; pada KIN atau GIN KABUTO, kilau metalik di kepala Koi berwarna hitam

Kagamigoi – Ikan cermin; sisik di sebagian badan; DOITSU atau Koi Jerman

Kage – Bayang; bayangan; pola membayang yang muncul dimana SUMI seharusnya tidak ada, sering tampak seperti bayangan hitam diatas sisik putih seperti pada KAGE SHIRO UTSURI

Kage Showa – Jenis ini dikembangkan dari garis keturunan yang sama dengan KOROMO SHOWA. Jenis ini mempunyai pola netting seperti pada ASAGI diatas kulit berwarna putih. Sisik pada SHIROJI mempunyai bayangan. Keadaan ini bukan menunjukkan kualitas yang rendah tetapi merupakan perkembangan pada pola.

Kage Zumi – SUMI bayangan; KAGE ZUMI adalah bagian dari SUMI yang baru mulai naik tetapi belum sepenuhnya muncul diatas permukaan kulit sehingga terlihat seperti bayangan berwarna biru. Bila SUMI tetap dibawah permukaan kulit maka disebut SHITA ZUMI.

Kaku Tan – HI berbentuk kotak pada kepala. Hanya digunakan pada KOI yang mempunyai pola HI pada badannya. Sekarang, kata MARUTEN (HI berbentuk bulat pada kepala) lebih sering digunakan dibandingkan KAKU TAN.

Kaku Zumi – SUMI berbentuk kotak; SUMI bulat disebut MARU ZUMI. KAKU ZUMI sering tampak pada garis keturunan seperti TORAZO SANKE atau JINBEI SANKE. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan SANKE, tetapi juga dapat digunakan untuk menjelaskan SUMI pada SHOWA.

Kamisori – Batas yang tajam pada pola yang memotong sisik

Kamisori Giwa – KIWA yang sangat tajam/ jelas. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan bentuk KIWA pada sisi-sisi/pinggir pola HI. Artinya, KIWAnya sangat tajam dan lurus seperti potongan silet dan memotong sisik bukannya mengikuti bentuk sisik. Ini adalah salah satu keadaan KIWA yang ideal. Keadaan KIWA ideal yang lain adalah MARUZOME.

Kana – Koi jantan

Kanoko – Bintik HI pada tengah sisik SHIROJI

Kao – ‘Wajah’; bagian diantara kedua pipi (disebut juga MEN)

KHV – Koi Herpes Virus; Virus yang sangat mudah menular. Hingga sekarang belum ada obat yang terbukti secara ilmiah menyembuhkan. Infeksi KHV dapat membunuh seluruh Koi dalam kolam dengan cepat. Karantina ikan yang baru dibeli adalah satu cara untuk mencegah infeksi KHV walaupun cara ini belum dapat menjamin keselamatan isi kolam.

Karasu atau Karasugoi – “Si Gagak” atau Koi hitam tanpa warna putih sama sekali.

Karasu no nurebairo – Warna bulu burung gagak yang basah berkilat; KARASU artinya ‘gagak hitam’. NUREBAIRO artinya ‘bulu yang basah’. Ketika burung gagak terkena air, bulunya mengkilat dengan warna hitam yang indah dan unik. KARASU NO NUREBAIRO adalah ekspresi penilaian tertinggi atas warna SUMI.

Kasane Zumi – SUMI yang menumpuk; KASANE artinya ‘menumpuk’. SUMI yang menumpuk diatas HI. Sering juga disebut NOSE (artinya ‘menunggang’) ZUMI. SUMI pada pola HI tidak benar-benar menembus kulit (seperti SUMI pada SHIROJI) sehingga sifatnya tidak stabil dan dapat berpindah ketika KOI menjadi besar. KASANE ZUMI pada SANKE malahan dapat menghilang.

Kashira – KOI yang terindah pada satu kelompok.

Kata Moyo – Pola hanya pada satu sisi badan; Istilah ini untuk menggambarkan pola HI yang tidak seimbang, dimana polalebih berat di sisi kiri atau kanan.

Kata Zumi – Pola SUMI pada bahu.

Kawagoi – KOI kulit; KAWA artinya ‘bahan kulit’. Satu jenis DOITSU KOI yang kulitnya seperti jaket kulit. Semua KAWAGOI adalah DOITSUGOI, tetapi tidak semua DOITSUGOI adalah KAWAGOI.

Kawari – KOI aneh; disebut juga KAWARIGOI

Kawarimono – KOI yang tidak dapat diidentifikasi sebagai satu golongan yang sudah dikenal. MONO artinya ‘golongan’ dan golongan untuk KAWARIGOI di kontes-kontes disebut KAWARIMONO. Yang termasuk dalam golongan ini adalah KOI yang secara tidak sengaja ‘lahir’ dalam proses menernakkan jenis lain. Contohnya adalah KIGOI, Koi dengan sisik berwarna kuning polos dan BENI KIKOKURYU yang sangat cantik. Banyak Koi dari golongan ini terlihat sangat indah.

Kego – Anak ikan yang baru menetas (burayak). Awalnya, burayak-burayak ini sangat kecil sehingga hampir tidak terlihat dan sama sekali tidak nampak seperti KOI. Tergantung pada warna badannya, disebut AKAKO (burayak merah), KUROKO (burayak hitam) atau SHIROKO (burayak putih).

Keitou – garis keturunan; Generasi-generasi Koi yang telah dihasilkan oleh seorang peternak untuk mengembangkan karakter tertentu yang akan diteruskan pada generasi selanjutnya. Contohnya adalah SENSUKE KOHAKU dan JINBEI SANKE. Nama peternak biasanya disebutkan untuk menunjukkan garis keturunan.

Ki – Kuning.

Kigoi – Koi Kuning

Kikei – Koi cacat.

Kikokuryu – KUMONRYU metalik.

Kikusui – DOITSU PLATINUM KOI dengan pola HI sama dengan DOITSU HARIWAKE dengan pola-pola merah atau DOITSU KOHAKU metalik.

Kin – warna emas metalik seperti kulit mengkilat pada YAMABUKI OGON; warna ‘emas’ seperti pada HARIWAKE – dari kuning hingga merah.

Kindai Showa Sanshoku – SHOWA Modern. KINDAI artinya “modern.” Istilah ini menggambarkan SHOWA yang memiliki banyak SHIROJI. Ketika pertama kali dikembangbiakkan, SHOWA memiliki banyak HI dan SUMI, sedangkan SHIROJInya sangat sedikit. SHOWA orisinil ini sekarang disebut HI SHOWA atau MUKASHI SHOWA. KINDAI SHOWA adalah hasil pengembangan sedemikian rupa dari SHOWA orisinil sehingga memiliki lebih banyak SHIROJI yang mana akan memberikan penampilan yang lebih seimbang.

Kin Gin Rin – Sisik berlian, KIN atau emas diatas merah, GIN atau perak diatas putih dan hitam. Beberapa macam KIN GIN RIN pernah dikenal tetapi sekarang satu jenis saja yang dianggap standar, biasa disebut GINRIN.

Kinitsusei – Keseragaman warna.

Kin Ki Utsuri – Koi hitam metalik dengan pola emas kekuningan atau kemerahan.

Kinporai – MATSUBA OGON warna tembaga metalik

Kin Showa – SHOWA metalik

Kinsui – SHUSUI metalik dengan lebih banyak HI (LIHAT: GINSUI)

Kinzakura – Ceri emas; HI dengan pinggiran warna emas

Kirekomi – SHIROJI yang memotong pola-pola HI dari bagian perut. SHIROJI inilah yang membentuk step-step pola, pola-pola yang kompleks dan pola INAZUMA. Posisi KIREKOMI sangat penting karena dia akan melebar pada saar KOI semakin besar. Pola HI tanpa KIREKOMI disebut IPPONHI.

Kiwa – Ketajaman setiap pinggiran pola-pola

Koborehi – warna merah yang berantakan/ terpisah-pisah

Koboresumi – warna hitam yang berantakan/ terpisah-pisah

Kohaku – Koi putih dengan pola merah

Koke – sisik

Kokenami – mengenai sisik atau skalasi; Sisik yang tidak rapih atau tidak rata pada Koi bersisik adalah sebuah kelemahan. Skalasi adalah hal penting terutama pada jenis DOITSU yang memiliki hanya sedikit sisik dan pada MUJIMONO (Koi satu warna)

Kokesuki – Bagian yang berwarna lebih muda pada pola HI karena bekas luka atau sisik yang lepas. Istilah ini menggambarkan sisik-sisik yang berbeda saturasinya sehingga warna kulit tembus pandang. Sisik-sisik ini terlihat lebih tipis dan transparan dibandingkan sisik lain didekatnya. Warna sisik nampak tidak rata. Ini dianggap cacat atau kelemahan. Pada KOI yang merahnya bagus dan pekat, KOKESUKI bisa membaik meskipun pada umumnya sangat sulit. KOKESUKI menunjukkan sisik yang menjadi buram atau kehilangan warna dan mengakibatkan HI MURA (warna yang tidak rata).

Kokkaku – Struktur tulang. ‘Body conformation’, kualitas, pola adalah tiga elemen penting dibalik keindahan KOI. Dasar dari ‘body conformation’ yang baik struktur tulang yang baik.

Komoyo – pola-pola kecil seperti bunga

Konjo – biru tua keunguan

Konzai – KIWA yang memiliki elemen MARUZOME dan KAMISORI

Koromo – KOHAKU dengan pola net diatas pola Hinya; AIGOROMO dengan net warna biru, SUMIGOROMO dengan net warna hitam

Kokugyo – KOKUGYO artinya ‘ikan nasional’. Istilah ini juga diberikan pada KOI yang memenangkan BEST IN SIZE di The All Japan Combined Nishikigoi Show.

Koromo Sanshoku – SANKE yang memiliki AI pada pola Hinya, jenis yang sangat langka.

Kozumi – bintik-bintik kecil berwarna hitam

Kubiwa Zumi – SUMI kerah; KUBIWA artinya ‘kerah’ atau ‘kalung’. Istilah ini menggambarkan SUMI yang mengelilingi bagian leher, menghubungkan kedua insang pada keluarga UTSURIMONO (termasuk SHOWA dan semua UTSURI). Disebut KUBIWA ZUMI karena tampak mirip kalung anjing.

Kuchi – bibir, istilah umum

Kuchibeni – Lipstik; HI pada bagian bibir

Kuchi Zumi – SUMI pada bagian mulut seperti pada UTSURIMONO seperti SHOWA. SANKE juga bisa mempunyai KUCHI ZUMI, meskipun sangat langka.

Kujaku – Artinya ‘burung merak’; Pola KOHAKU pada GIN MATSUBA, GOSHIKI metalik

Kumonryu – Naga terbang; Dalam legenda Jepang kuno, KOI menjelma menjadi naga yang terbang di angkasa. Naga terbang disebut KUMONRYU. Pola SUMI pada KOI ini terus berubah seiring usianya. Karena perubahan SUMI pada badannya mirip dengan naga terbang, maka jenis ini disebut KUMONRYU.

Kumoru – Hilangnya kecerahan dan kilap warna.

Kuragake – Pelana; istilah ini menggambarkan pola yang melintang pada punggung dan menutup kedua sisi badan koi sehingga mirip pelana kuda. Ini adalah salah satu pola yang paling stabil. Istilah ini biasanya digunakan untuk pola HI, tetapi kadang juga bisa menggambarkan pola SUMI.

Kuro – Hitam

Kurozumi – hitam pekat cemerlang tanpa unsur biru

Kuroboshi – Bintik hitam yang besar. Pada SHOWA, ini adalah awal dari perkembangan SUMI.
Bintik ini sudah mulai naik, lebih menyatu dan lebih gelap dibandingkan KAGE ZUMI.

Kurogoi – Ikan mas hitam, nenek moyang Koi

Kurogoshiki – KURO artinya ‘hitam’. Istilah ini menggambarkan GOSHIKI dengan warna dasar badan hitam. Ini bukan nama jenis Koi. Warna dasar badan tergantung pada suhu air, di air hangat warnanya semakin muda dan menjadi gelap pada air bersuhu lebih rendah.

Kuroko – Burayak hitam; Hanya KUROKO yang akan dipilih dalam CULLING (penyortiran) KUMONRYU dan UTSURIMONO seperti SHOWA.

Kurome – Mata hitam; Disekeliling mata berwarna hitam seperti pada SANKE dan SHOWA. Bila sekeliling mata putih (GIN ME atau mata perak), maka biasanya KOHAKU.

Kutsubera – Bentuk sendok sepatu; Digunakan untuk menggambarkan pola HI khusus di kepala. Polanya terdiri dari HI yang melingkar diatas mulut dan HI berbentuk trapesium di bagian dahi.

Kyobai – Lelang.

M

Mado – Jendela; Sedikit SHIROJI yang muncul dalam pola HI atau SUMI yang tampak seperti jendela. SHIROJI dalam pola HI ini disebut juga MADOAKI. Ini dianggap sebuah kelemahan karena MADO dapat merusak keindahan pola. Bila MADO membantu keseimbangan pola secara keseluruhan maka masih bisa diterima. MADO dapat disebabkan oleh kualitas induknya atau karena sisik yang hilang atau rusak.

Madoaki – Jendela SHIROJI dalam sebuah pola HI, dianggap sebuah kelemahan.

Magoi – ikan mas liar

Maki – Pola yang membungkus dibawah gurat sisi Koi, HI MAKI disukai pada KOHAKU dan Koi lain yang memiliki dasar pola KOHAKU, sedangkan SUMI MAKI disukai pada SHOWA.

Makiagari – Membungkus ke arah atas; Istilah untuk menggambarkan SUMI pada keluarga UTSURIMONO seperti SHOWA atau SHIRO UTSURI. SUMI pada keluarga UTSURIMONO ‘naik’ membungkus badan dari bagian perut ke bagian punggung. Istilah MAKIAGARI hanya digunakan pada SUMI untuk jenis-jenis Koi ini. Kita tidak menggunakan istilah MAKISAGARI untuk SUMI karena artinya ‘membungkus ke arah bawah’.

Makikomi – pola yang melebar dari bagian atas hingga ke bagian perut

Makisagari – Membungkus ke arah bawah; Istilah untuk menggambarkan pola HI yang membungkus dari bagian punggung ke bagian perut. Bila pola berhenti diatas gurat sisi, bisa dikatakan ‘MAKISAGARInya ringan’. Istilah ini hanya digunakan untuk pola HI. MAKIAGARI adalah istilah untuk menggambarkan SUMI pada jenis UTSURIMONO.

Maezashi – sama dengan SASHI

Mameshibori – Salah satu dari dua macam warna dasar GOSHIKI. MAMESHIBORI untuk warna dasar GOSHIKI yang lebih terang. Tidak seperti KURO GOSHIKI, pola netting-nya cenderung tidak berubah menjadi gelap mengikuti suhu air. Warna dasar Koi ini biasanya tetap tidak berubah.

Maruten – Pola Hi berbentuk bulat pada kepala. Bila Koi hanya memiliki satu pola HI berbentuk bulat di kepala maka disebut TANCHO. Bila Koi memiliki beberapa pola HI termasuk pola HI berbentuk bulat di kepala maka disebut MARUTEN. Pola ini menyerupai bendera Jepang. Pola HI yang bulat penuh dan besar sangat disukai. Pola HI bulat dan kecil pada kepala disebut KO MARUTEN.

Maruzome – KIWA yang membulat atau mengikuti bentuk sisik; disebut juga TAMA GIWA; salah satu dari bentuk KIWA yang utama. Sering terlihat pada KOHAKU keturunan DAINICHI. Sangat disukai karena menyerupai kelopak bunga sakura; Kebalikannya adalah KAMISORI GIWA

Matsuba – Buah pinus; Pola dasar di seluruh bagian tubuh dengan sisik berwarna AI gelap (indigo). Dinamai MATSUBA karena penampilan sisiknya yang menyerupai buah pinus. Tidak seperti KAGE yang muncul pada bagian SHIROJI Koi dari keluarga UTSURIMONO, MATSUBA juga muncul pada pola HI, baik pada jenis metalik maupun non-metalik.

Matsukawabake – Koi hitam dan putih, bersisik.

Medaira – Garis imajiner diantara kedua mata yang digunakan untuk menentukan pola pada kepala yang ideal. Bila pola dimulai diatas garis ini maka pola dianggap ringan. Pola yang ideal dimulai sedikit dekat mulut atau sedikit melengkung ke arah mulut.

Meiri – Yang terbaik; Koi yang terindah diantara semua Koi yang terbaik; Istilah yang semakna adalah IPPIN

Mekazura – Lingkaran luar mata; Kulit dan otot yang mengelilingi mata, termasuk kelopak mata. Bila MEKAZURA berwarna putih pada pola MENKABURI, maka MENKABURI tidak dianggap kualitas rendah.

Mekiki – Ahli Koi; Orang yang berpengalaman dan mempunyai keahlian dalam menilai Koi, bukan hanya nilainya pada saat ini tetapi juga masa depannya.

Men – ‘wajah’; LIHAT: juga KAO

Mena & Kana – MENA artinya Betina dan KANA artinya jantan.

Menasa – Pola yang ringan atau dangkal pada kepala. Koi MENASA mempunyai SHIROJI yang lebar dibagian kepalanya karena pola mulai terdapat dibagian belakang sedikit jauh dari kepala. Kita bisa katakan “Kepala Koi ini MENASA.”

Menkaburi – HI yang melebar hingga kebagian mata. Kurang disukai terutama pada KOHAKU.

Menshiro – Muka Putih; Menunjukkan bahwa kedua tutup insang berwarna putih (tidak terdapat HI); Hal ini sangat penting pada jenis KOHAKU, walaupun bukan merupakan sesuatu yang absolut. Bila Koi mempunyai nilai-nilai lain yang luar biasa, pola MENKABURI pun bisa dinilai sebagai sesuatu yang dapat diterima.

Menware – Kepala yang terbagi; disebut juga HACHIWARE; menggambarkan pola SUMI pada SHOWA atau SHIRO UTSURI yang membagi kepala menjadi dua bagian. MENWARE yang ideal berpola INAZUMA mulai dari mulut ke bagian bahu. Lihat penjelasan di HACHIWARE.

Midorigoi – Koi non-metalik berwarna Kuning-Hijau, bisa DOITSU ataupun bersisik

Midori Ogon – MIDORIGOI metalik, dengan sedikit SUMI, hanya DOITSU

Mizu – Air

Motoaka – HI pada dasar sirip pektoral (dada), idealnya seluas 30% dari sirip pektoral, selebihnya harus berwarna putih. Bila tersembunyi pada KOHAKU ketika dilihat dari atas maka masih bisa diterima tetapi bila nyata terlihat maka dianggap sebuah kelemahan. MOTOAKA dianggap sebuah kelemahan pada KOHAKU tetapi disukai pada jenis ASAGI dan SHUSUI.

Motoguro – SUMI pada dasar sirip pektoral (dada), terutama pada jenis SHOWA dan SHIRO UTSURI. Bisa juga berarti SUMI pada sirip ekor. Idealnya seluas 30%. Sedikit SUMI yang berkumpul di satu bagian dimana sirip menempel pada bagian badan menunjukkan kualitas SUMI pada Koi. Bila SUMI menyebar seperti sapu pada jenis SHOWA dan SHIRO, maka dianggap kelemahan. MOTOGURO yang berkualitas membuat sirip pektoral tampak gagah dan dianggap sebagai salah satu keindahan dari jenis-jenis ini.


Motoguro

Moyo – Pola, disebut juga KATATSUKI. Pola hanyalah salah satu komponen dari keindahan Koi.
‘Conformation’ dan kualitas adalah hal-hal yang lebih penting.

Moyo no kire – ketajaman sisi dari warna pola.

Mudagoke – Sisik yang tidak beraturan pada jenis DOITSU; Garis sisik yang lurus dimulai dari bahu hingga sepanjang kedua sisi sirip punggung adalah hal utama dari keindahan jenis DOITSU. Sedikit sisik yang diluar keteraturan ini akan sangat jelas terlihat dan merusak penampilan keseluruhan Koi jenis ini.

Muji – warna yang solid.

Mukashi Showa – SHOWA jenis klasik; kebalikannya adalah KINDAI SHOWA (SHOWA moderen) yang memiliki lebih banyak SHIROJI. SHOWA klasik memiliki lebih banyak HI dan SUMI dan sekarang biasa disebut MUKASHI SHOWA atau HI SHOWA. MUKASHI bukan nama jenis melainkan lebih merupakan deskripsi.

Mura – keadaan dimana kepekatan warna tidak rata atau tidak seragam.

Murasakigoi – Koi berwarna ungu/ lavender

N

Nabe Zumi – SUMI berkualitas rendah; kebalikannya URUSHI ZUMI

Namikin – sirip ekor

Namitate – sirip dorsal (punggung)

Narumi Asagi – Pola normal pada jenis ASAGI, diambil dari nama NARUMI SHIBORI: salah satu pola pada pakaian tradisional Jepang. NARUMI ASAGI memiliki netting putih yang terbentuk dari FUKURIN yang mengelilingi setiap sisik berwarna biru indigo.

Nezu – abu-abu

Niban Hi – HI tipis; Ini adalah HI sekunder yang muncul belakangan dalam perkembangan Koi. Paling sering terlihat pada KIWA. NIBAN HI membuat pola Koi yang cantik menjadi tampak buram dan menghilangkan kontras antara HI dan SHIROJI. Pola Koi yang mempunyai NIBAN HI sangat jarang kembali menjadi pola yang berkualitas.

Nidan – dua ‘step’

Nidan kohaku – KOHAKU dengan pola dua ‘step’

Niigata Ginrin – Kilau cermin; disebut juga BETA GIN, terutama muncul pada bagian perut Koi dan sangat jarang muncul di bagian punggung. Disebut BETA GIN karena sisik-sisiknya berkilau seperti cermin. Masalahnya kilauan ini terlihat lemah bila dilihat dari sudut tertentu. HIROSHIMA GINRIN adalah versi pengembangan dari GINRIN.

Nimai Zashi – SASHI yang lebarnya dua sisik. NI artinya ‘dua’; NIMAI ZASHI tidak disukai karena SASHI yang sempurna adalah selebar satu sisik saja. SANMAI ZASHI adalah SASHI yang lebarnya tiga sisik.

Nishikigoidaki – Memindahkan Koi dengan tangan; Cara yang terbaik untuk memindahkan Koi yang berukuran besar adalah dengan tangan karena jaring dapat melukai dan merusak sisik Koi. Hanya KOISHI yang berpengalaman yang dapat memindahkan Koi besar dengan tangan.

Nezu Ogon – Koi metalik berwarna abu-abu dan bersisik.

Nisai – umur dua tahun.

Nose Zumi – SUMI yang menumpuk pada pola HI. Disebut juga KASANE ZUMI.

O

Obachi – Bagian yang lebih spesifik dari OZUTSU: Daerah ekor bagian atas, tidak termasuk bagian pinggir dan dasar ekor; Daerah ekor adalah bagian yang penting dari Koi sehingga banyak terdapat istilah-istilah khusus.

Obi Zumi – SUMI sabuk; terutama digunakan untuk menggambarkan SUMI pada jenis SANKE; bentuk SUMI yang tipis, panjang dan persegi seperti OBI (sabuk pada pakaian KIMONO). Beberapa bintik SUMI biasanya saling berhubungan membentuk pola. Pola harus memotong bagian punggung dan terlihat seperti OBI.

Ochiba shigure – Pola abu-abu pada Koi coklat, kuning atau hijau.

Odome – bagian antara warna terakhir dan SHIROJI di daerah ekor (PERHATIKAN!: bedakan daerah ekor dan ‘sirip ekor’ (pen.)). ODOME adalah bagaimana pola mulai muncul dan berhenti di daerah ekor. ODOME yang baik harus menciptakan garis yang jelas dan menyisakan bagian berwarna putih. Pola di daerah ekor pada KOHAKU sebaiknya memiliki HI dan SHIROJI, sedangkan pada SANKE dan SHOWA sebaiknya memiliki HI, SHIROJI dan SUMI. Bila daerah ekor sebelum sirip ekor berakhir dengan SHIROJI yang cukup (terutama pada GOSANKE) maka bisa kita katakan “ODOMEnya baik.” Bila SHIROJI terlalu lebar atau ketika hanya HI atau SUMI saja yang mencapai bagian ekor, kita katakan “ODOMEnya jelek.”

Odome Hi – Pola merah pada daerah ekor.

Odome Zumi – SUMI pada daerah ekor.

Ogon – jenis Koi dengan sisik metalik emas (YAMABUKI OGON).

Oh Zumi – SUMI yang lebar pada badan, disebut juga DOKA ZUMI.

Oiyagoi – Induk Koi

Ojime – bagian kosong antara ujung pola dan ekor

Omoyo – pola yang membungkus

Oni Uroko – Sisik besar dan berwarna biru tua sepanjang punggung SHUSUI

Orenji – oranye

Otomo – Teman; Sering digunakan untuk menunjukkan Koi gratis yang menyertai dalam pembelian Koi berkualitas tinggi.

Oyabone – Tulang yang tebal pada sirip pektoral, sirip punggung dan sirip ekor.; Idealnya bagian ini berwarna putih, bila berwarna, kita katakan “OYABONE nya buruk.”

Oyugu hoseki – nama lain dari KOI

Ozuke – Pangkal ekor

Ozuke Hi – HI pada pangkal sirip ekor, tidak disukai.

Ozutsu – Bagian ekor; Istilah ini menunjukkan bagian badan mulai dari akhir sirip punggung hingga ke pangkal ekor. Bagian ini adalah bagian yang penting karena terdapat ODOME. Koi dengan OZUTSU yang tebal terlihat kokoh; sedangkan Koi dengan OZUTSU tipis terlihat lemah. Bila Koi memiliki OZUTSU yang tebal ketika masih muda maka dia mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi jumbo.

P

Platinum – Koi putih metalik

Pongoi – ikan berkualitas baik

Purachina – Platinum

R

Renzokumoyo – Pola yang memanjang

Rin – Sisik; hanya digunakan dalam kata majemuk seperti GIN RIN

Rin’oh prize – Juara yang diberikan pada Koi yang memenangkan ‘Best in Size’ dalam The ZNA All Japan Nishikigoi Show. Juara dalam kategori yang sama di The All Japan Combined Nishikigoi Show disebut KOKUGYO PRIZE.

S

Sabi – Kedalaman kulit pada Koi yang bersisik.

Saiseirin – Sisik yang tumbuh kembali setelah lepas karena luka atau sakit. SAISEIRIN dapat tumbuh kembali dengan baik (membawa kembali warna aslinya) atau sebaliknya.

Sakame Asagi – Kebalikan dari NARUMI ASAGI; Koi yang memiliki sisik putih dengan netting berwarna indigo.

Sandan – Tiga; SANDAN KOHAKU memiliki tiga pola HI.

Sankaku Hi – Pola HI berbentuk segitiga, digunakan terutama untuk menjelaskan HI di daerah ekor.

Sanke – Kependekan dari TAISHO SANSHOKU atau TAISHO SANKE. Jenis ini mempunyai pola KOHAKU dan pola hitam. Pada bagian kepala dan dibawah gurat sisi tidak boleh terdapat SUMI.

Sansai – Umur tiga tahun.

Sarasa – Istilah kuno untuk KOHAKU, kadang masih digunakan hingga sekarang.

Sashi – Kependekan dari SASHIKOMI. Istilah ini menunjukkan garis kabur antara sisi pola HI atau SUMI dengan SHIROJI. Warna merah muda kabur disebabkan oleh ujung sisik SHIROJI bertumpuk dengan awal dari sisik HI. Bila HI cukup berkualitas, maka HI akan menembus SHIROJI dan tampak sebagai garis merah muda disetiap sisi pola HI. Istilah SASHI hanya digunakan pada KIWA ke arah kepala dan tidak terdapat pada KIWA ke arah ekor. SASHI yang ideal lebarnya satu sisik. NIMAI ZASHI lebarnya 2 sisik dan SANMAI ZASHI lebarnya tiga sisik.

Sashikomi – sisik yang menumpuk ujung luar dari pola

Sashi zumi – Kependekan dari SASHIKOMI; SASHI tidak hanya terdapat pada HI tetapi juga pada SUMI. Istilah SASHI ZUMI menggambarkan garis kabur antara ujung SUMI dan SHIROJI. Warna kebiruan ini disebabkan oleh ujung dari sisik SHIROJI yang menumpuk awal dari sisik SUMI. SUMI menembus SHIROJI dan tampak sebagai garis kebiruan di ujung-ujung pola SUMI.

Seigyo – Koi yang sudah dewasa atau lebih dari 6 tahun.

Separation Method – Sebuah sistem penilaian untuk dua ekor Koi dengan cara membandingkan bagian-bagian yang sama dari keduanya. Bagian-bagian yang dibandingkan adalah:
Kepala – termasuk insang
Bahuu – (bagian setelah kepala)
Punggung – (kadang bagian ini termasuk juga bahu) mulai dari bahu hingga ke bagian awal sirip punggung
Badan – bagian di bawah sirip punggung
Ekor – mulai dari setelah sirip punggung tetapi tidak termasuk sirip kaudal
Kadang bagian badan adalah seluruh bagian tubuh Koi kecuali kepala dan ekor.

Seware – Membagi punggung; Pola HI yang sebagian besar berada di sisi badan Koi dan SHIROJI yang lebar di bagian punggung sehingga tampak seolah membelah punggung Koi.

Shiagari – Finish; Koi menjadi semakin cantik atau malah berkurang kecantikannya seiring waktu. Bila seekor Koi mencapai puncak kecantikannya dengan baik maka kita sebut Koi tersebut mempunyai SHIAGARI yang bagus.

Shibun – Kelemahan yang sangat kecil.

Shimegai – Menekan pertumbuhan; Sebuah proses pemeliharaan Koi dengan tujuan menekan pertumbuhan Koi agar tetap berukuran kecil. SHIMEGAI dilakukan dengan cara pemberian pakan yang sangat sedikit dan menempatkan pada kolam yang sempit agar pheromone yang menekan pertumbuhan dihasilkan.

Shimi – Noda; bintik hitam yang tidak diiinginkan; SHIMI berupa sebuah bintik hitam sedangkan JYAMI adalah beberapa bintik hitam yang berkelompok.

Shinsui – Air baru

Shiro – Putih

Shirobou – Koi putih; Kebanyakan burayak Koi putih polos dibuang tetapi seekor Koi bisa menjadi putih polos ketika berumur 2-3 tahun. Koi seperti ini disebut juga SHIRO MUJI.

Shirogoi – Koi putih.

Shiroji – Warna dasar putih

Shiro Muji – Koi putih polos bersisik; seekor KOHAKU yang kehilangan Hi-nya bisa menjadi SHIRO MUJI.

Shita Zumi – SUMI yang belum naik; SUMI ini masih berada di bawah permukaan SHIROJI. SHITA ZUMI bisa naik atau bahkan menghilang. KAGE ZUMI adalah SUMI yang mulai naik dan tampak seperti bayangan pada kulit.

Shitsu – Kualitas atau sifat dari kulit, termasuk kualitas SHIROJI, HI, SUMI dan lain-lain.

Shochikubai – AI-GOROMO metalik

Showa – Kependekan dari SHOWA SANSHOKU, Koi berwarna dasar hitam dengan pola merah dan putih. Nama ini berasal dari masa pengembangannya di Era Showa.

Showa Sumi – Pola hitam mirip loreng harimau pada bagian tubuh Koi termasuk bagian kepala. SHOWA SUMI juga terdapat pada UTSURI.

Shusui – ASAGI DOITSU; Koi berwarna dasar biru dengan warna merah di bagian perut dan sisi badan bagian atas, kepalanya putih bersih dengan deretan sisik hitam atau indigo di kedua sisi sirip punggung. Umumnya memiliki MOTOAKA dan Hi pada sirip punggungnya. Jenis ini dihasilkan dari perkawinan Koi Doitsu Hitam dengan ASAGI. Orang yang pertama menghasilkan jenis ini adalah Kichigoro Akiyama di Tokyo pada tahun 1910.

Sokozumi – warna hitam yang terlihat kabur atau tipis

Sokusen – Gurat sisi; Istilah ini menunjukkan gurat sisi pada kedua bagian sisi Koi. Garis ini membagi dua Koi secara memanjang. Kita hanya dapat melihat pola Koi yang berada di atas SOKUSEN, kecuali kita melihat Koi dari pinggir misalnya Koi dalam akuarium. SOKUSEN ini berfungsi untuk menerima getaran berfrekuensi rendah dalam air.

Sora – Langit.

Soragoi – Koi berwarna Biru keabuan

Sumi – Hitam, melambangkan kekuatan; Kadang ditulis ZUMI bila digabungkan dengan kata lain.

Sumigiwa – Batasan Hitam; Garis batas antara pola hitam dengan warna lain.

Sumigoromo – Koi berwarna dasar putih dengan retikulasi hitam yang menumpuk pada pola merah.

Sumimono – Jenis yang memiliki SUMI seperti SANKE, SHOWA, KUMONRYU dan lain-lain

Suminagashi – Koi berwarna dasar hitam dengan retikulasi sisik berwarna putih

Susu Zumi – SUMI berkualitas rendah yang buram dan tanpa kilau, disebut juga NABE ZUMI; kebalikannya adalah URUSHI ZUMI

T

Taikei – Konformasi badan Koi

Taiko – Tinggi Koi dari puncak punggung hingga ke dasar perut. Dipercayai bahwa Koi yang mempunyai TAIKO yang besar dapat tumbuh menjadi jumbo, tentu ini harus didukung dengan faktor-faktor lain.

Taisho – Era pemerintahan di Jepang ketika TAISHO SANSHOKU (SANKE) pertama kali dikembangkan

Taisho Sanshoku – Nama lengkap dari SANKE atau TAISHO SANKE. Ketika sedang mengembangbiakkan jenis KOHAKU, tiba-tiba Koi dengan pigmen hitam muncul. Penilaian jenis ini sama dengan penilaian pada pola KOHAKU, kemudian semakin dikembangkan sehingga pola SUMI semakin lebar dan berkilau seperti yang terlihat pada SANKE dewasa ini.

Taki – air terjun.

Tancho – Koi dengan pola HI berbentuk bulat di kepala, mirip dengan bulatan merah pada bendera negara Jepang.

Taragoi – TARA artinya ‘bila’. Koi yang akan tumbuh menjadi sangat cantik ‘bila’ saja sebuah atau beberapa kondisi terpenuhi. Sebagai contoh, “ ‘Bila’ saja SUMI muncul di bagian ini pada SHIROJI, maka Koi ini akan menjadi SANKE yang sangat indah.” TARAGOI artinya hampir mirip dengan TATEGOI, tetapi lebih digunakan untuk menggambarkan Koi yang harus berubah agar bisa menjadi cantik. Seekor TARAGOI belum tentu TATEGOI, tetapi seekor TATEGOI adalah TARAGOI.

Tasukigake – Pola yang memotong punggung secara diagonal. Tidak bisa disebut TASUKIGAKE bila pola ini memotong punggung dan berbentuk garis lurus. Bila TASUKIGAKE ini tipis, maka bisa disebut HIMO ZUMI.

Tategoi – Koi yang akan menjadi luar biasa di kemudian hari. Koi ini belum mencapai puncak kecantikannya tetapi mempunyai masa depan yang menjanjikan bila dipelihara dengan baik.

Tate Hi – HI yang memanjang; Pola HI yang memanjang dimulai dari bagian mulut hingga ke ekor. Karena tidak terdapat MAKI, maka tampak mempunyai pola yang lemah.

Tate Zumi – SUMI yang memanjang; Pola SUMI yang memanjang sejajar dengan sirip punggung. SUMI cenderung berbentuk KURAGAKE, sangat sedikit SANKE dan SHOWA yang memiliki TATE ZUMI. TATE ZUMI yang lebar memberi kesan yang kuat pada pola, tidak seperti TATE HI yang malah memberi kesan lemah. TATE ZUMI yang tipis disebut juga HIMO ZUMI.

Teaka – Sirip pektoral/ dada yang memiliki HI. Kecuali untuk beberapa jenis seperti ASAGI, SHUSUI dan AKA HAJIRO, sirip pektoral harus putih bersih. Bila HI melebar hingga ke ujung sirip dada, maka dianggap kelemahan. Sedikit HI pada pangkal sirip pektoral disebut MOTOAKA.

Tebire – sirip pektoral/ dada

Tejima – SUMI yang berbentuk garis-garis atau setrip. Seringkali digunakan untuk menjelaskan sirip pektoral pada SANKE. Disebut juga HOUKI ZUMI. Dipercayai bahwa beberapa TEJIMA pada SANKE membuat pola di badan lebih stabil.


Tejima

Teri – Kilau kulit; Koi memproduksi sekresi yang berupa lapisan lendir untuk melindungi kulitnya. Koi yang sehat memproduksi sekresi ini dalam jumlah yang banyak sehingga membuat tubuhnya tampak berkilau. Koi yang sakit hanya sedikit memproduksi sekresi ini sehingga tubuhnya tampak buram. Kilauan pada badan koi yang berasal dari lapisan lendir ini disebut TERI.

Tetsu magoi – nenek moyang yang menghasilkan keturunan SHOWA, CHAGOI dan OGON

Tezumi – Sumi pada sirip pektoral. SUMI bisa berada di bagian mana saja dari sirip, tetapi idealnya TEZUMI adalah sebagai MOTOGURO pada KUMONRYU, SHIRO UTSURI dan SHOWA. Beberapa jenis lain idealnya memiliki MOTOAKA dan selain dari itu (kecuali Koi satu warna) idealnya memiliki sirip pektoral yang bersih tanpa TEZUMI.

Tobi Hi – Sisik merah yang tidak seharusnya ada atau keluar dari pola, biasanya hanya berupa satu sisik. Ini adalah sebuah kelemahan. Tetapi pada kasus tertentu TOBI HI dapat memberi aksen pada pola. Istilah TOBI HI hanya digunakan pada jenis Koi bersisik, sedangkan untuk Koi jenis DOITSU, istilah yang digunakan adalah MUDAGOKE.

Toh Hi – Warna merah pada kepala

Tome Sumi – Akhir SUMI; TOME artinya ‘berhenti’. Pola SUMI yang berakhir di daerah ekor atau SUMI yang menbentuk ODOME pada SANKE atau SHOWA. TOME SUMI sangat penting dan dianggap lebih bernilai dibandingkan HI pada ODOME.


Tome Sumi

Tora ogon –BEKKO kuning metalik

Tosai – Koi yang umurnya kurang dari satu tahun.

Tsubaki Sanke – AKA SANKE yang dihiasi dengan rantaian SUMI disepanjang tubuhnya.

Tsubo – Bagian yang kritis atau menentukan

Tsubo Zumi – SUMI yang muncul di bagian yang kritis sehingga mempengaruhi keseimbangan pola. TSUBO ZUMI dapat muncul pada SHIROJI.

Tsukitsuke – Pola HI yang memanjang pada kepala sampai menyentuh hidung. HI lebih sedikit dibandingkan MENKABURI atau ZUKINKABURI dimana HI menutupi seluruh bagian kepala.

Tsuya – cemerlang

U

Umebachi – Pola yang mirip bunga aprikot Jepang

Uroko kiwa – KIWA yang mengikuti bentuk sisik, LIHAT: MARUZOME

Urushi Zumi – SUMI yang terbaik; Menunjukkan kualitas SUMI yang terbaik yaitu SUMI yang berkilau dan hitam cemerlang. Kebalikannya adalah NABE ZUMI, SUSU ZUMI dan FUNA ZUMI.

Ushirogiwa – Sisi belakang

Utsuri – Koi berwarna dasar hitam dengan pola berwarna putih àdisebut SHIRO UTSURI; pola berwarna merah à disebut HI UTSURI dan KI UTSURI dengan pola berwarna kuning.

Utsurimono – Artinya ‘bayangan’; Koi berdasar hitam dan memiliki dua warna

W

Wabi – kedalaman kulit pada Koi bersisik

Wagoi – Keluarga ikan Emas yang bersisik penuh

Y

Yakko – HI pada pipi ASAGI.

Yamabuki Ogon – Koi kuning metalik, YAMABUKI artinya ‘mawar kuning cerah’


Yamabuki Ogon

Yamato Nishiki – SANKE metalik.


Yamatonishiki

Yogyo – ikan yang masih muda

Yondan – Empat; YONDAN KOHAKU mempunyai empat ‘step’ pola.

Yonsai – Usia empat tahun.

Yoroigoi – Koi dengan sisik-sisik besar diseluruh tubuhnya.

Yotsushiro – YOTSU artinya ‘empat’, SHIRO artinya ‘putih’. ‘Empat bagian putih’. Koi yang hanya memiliki warna putih di bagian hidung, kedua sirip pektoral dan sirip ekor. Sering terlihat pada keluarga KARASUGOI dan HIKARI MUJIMONO.

Z

Zubonhaki – Bila bagian belakang badan seluruhnya berwarna merah atau hitam

Zukinkaburi – Memakai kerudung; ZUKIN artinya ‘kerudung’, KABURI artinya ‘memakai’. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan Koi yang seluruh bagian kepalanya berwarna. Tidak terdapat SHIROJI pada pipi maupun rahang bagian bawahnya. Istilah lainnya adalah MENKABURI. Seluruh kepala berwarna merah, disebut AKA ZUKIN dan bila seluruhnya berwarna hitam, disebut KURO ZUKIN. Koi seperti ini kurang disukai.

Kriteria Koi dan penilaiannya

Dari 16 kelompok ini, hanya 3 kelompok saja yang selalu memenangkan gelar Grand Champion, yaitu: Kohaku, Taisho Sanke dan Showa Sanshoku (terbanyak adalah Kohaku), sehingga ketiga kelompok ini disebut "Gosanke" / "Tiga Besar". Di bawah ini adalah kriteria pemilihannya:

Kriteria dalam memilih Kohaku yang baik:

Kohaku yang baik adalah kohaku memiliki warna putih seputih salju (tidak kecoklat2an atau kekuning2an).

Tanda Merah (Hi) yang lebih baik adalah yang gelap tetapi cerah.
Hi yang baik adalah yang tersebar diseluruh badan.
Hi yang besar lebih baik dari yang kecil.
Kohaku yang tidak terdapat / terkena Hi dikepalanya ("bald head" / kepala botak) kurang berharga.

Hi dikepala sebisa mungkin tidak melebihi mata, rahang dan pipi tetapi boleh mencapai hidung atau mata (asal tidak melebihi).
Kohaku yang memiliki Hi yang mencapai mulut disebut "Hanatsuki".
Kohaku yang memiliki Hi yang tersebar / memenuhi kepala / wajah disebut "Menkaburi".

Kohaku yang memiliki Hi yang terdapat di bibir / mulut disebut "Kuchibeni".
Dalam kasus dimana bentuk Hi dikepala tidak baik dan juga melebihi mata, tanda "Kuchibeni" diperlukan.
Tanda merah diperlukan ada didekat pangkal ekor, dan disebut "Ojime". Ojime paling tidak berjarak 1-2 cm dari pangkal ekor.
Corak bagian belakang, dekat ekor, kalau bisa easy looking (jangan terlalu besar).
Memiliki Kiwa yang tegas dan jelas, tidak blur atau ber-gradasi. (Kiwa adalah pertemuan antara 2 warna yang berbeda.)
Komposisi antara warna merah dan putih 70 : 30
Kohaku yang untuk kontes, jangan ada tompel merah di pipinya.
Jenis-jenis Kohaku:
Step Type, adalah kohaku yang memiliki pola berstep; 2 step (Nidan), 3 step (Sandan), 4 step (Yondan).
Straight Hi, adalah kohaku yang memiliki Hi tidak terputus dari kepala hingga ekor.
Lightning Hi, adalah kohaku yang memiliki Hi berpola seperti halilintar (Inazuma Kohaku)
Gotenzakura, adalah kohaku yang memiliki Hi berpola bulat2 (seperti buah Cherry) rapi dan simetris.
Maruten Kohaku, adalah kohaku yang memiliki Tancho (bulatan) di kepalanya.

Masih banyak lagi jenis2 kohaku yang lainnya seperti : Doitsu Kohaku, Kinzakura, Fuji Kohaku, Kanoko kohaku, Platinum Kohaku, Kinginrin Kohaku, dll. Tetapi untuk kontes (show), biasanya lebih disukai Tipe Step dan Inazuma, bahkan belakangan ini tipe Maruten kohaku juga mulai disukai untuk kontes. Tetapi penilaian ikan juga tidak terlepas dari nilai keseluruhan dari ikan ybs.


Kriteria dalam memilih Sanke yang baik:
Untuk warna putih seputih salju, merah semerah darah dan hitamnya pekat.
Merah di kepala sebisa mungkin tidak melewati mata, pipi, mulut bahkan kalau perlu jangan melewati hidung.
Sanke yang istimewa tidak memiliki sumi (hitam) dikepalanya.
Sumi diatas warna putih (Tsubo-Sumi) lebih disukai dibandingkan sumi diatas warna merah (Kasane-Sumi).
Komposisi antara warna merah, putih dan hitam adalah 70:20:10
Sirip dengan lebih sedikit strip (garis2 hitam) lebih elegan dibandingkan dengan yang lebih banyak strip.


Jenis-jenis Sanke:
Taisho Sanke.
Aka-Sanke; Taisho Sanke dengan warna merah (Hi) yang lebih dominan dan menyebar dari kepala ke ekor. Memang lebih impresif tapi kurang elegan.
Yamato-Nishiki; Taisho Sanke Hikarimoyo (metalik).
Fuji-Sanke: Taisho Sanke dengan memiliki aksen silver di kepalanya.
Kanoko Sanke, Doitsu Sanke, Kinginrin Sanke, Tancho Sanke, Koromo Sanke dan Sanke-Shusui.
Kriteria dalam memilih Showa yang baik:
Untuk warna putih seputih salju, merah semerah darah dan hitamnya pekat.
Pangkal sirip depan hitam (motoguro). Ingat hanya pangkalnya saja, Tidak putih semua atau hitam semua dan juga tidak ada stripe merah.
Diperlukan tanda Hi (merah) yang besar di kepala.
Diperlukan paling tidak 20% warna putih. Warna putih diperlukan pada kepala, pangkal ekor dan punggung.
Komposisi antara warna merah, putih dan hitam adalah 60:20:20
Sumi (Hitam) dikepala membagi Hi menjadi 2, lebih impresif lagi jika membentuk huruf V dan berpangkal di hidung.

Jenis-jenis Showa:
Showa Sanshoku.
Kindai Showa; Showa yang didominasi warna putih.
Hi Showa; Showa yang didominasi warna merah.
Boke Showa; Showa dengan sumi yang blur dan muda (abu2).
Kage Showa; Showa dengan bayangan potongan2 kecil sumi pada Hi atau warna putihnya.
Doitsu Showa, Kanoko-Showa, Koromo Showa, Showa Shusui, Kin Showa dan Gin Showa.

Perbedaan mendasar Sanke dan Showa:
Taisho Sanke tidak memiliki Sumi di kepalanya.
Sumi pada Taisho sanke hanya menyebar di punggungnya. Sumi pada Showa menyebar dihampir seluruh tubuhnya.
Sirip depan Taisho Sanke putih atau ber-strip, sedangkan Showa memiliki sumi pada pangkalnya (motoguro).

Penilaian lomba biasanya meliputi:
Figure / bentuk tubuh - Tulang belakang yang lurus dan lekuk tubuh yang "pas", Sirip yang indah, Bentuk kepala yang bagus, Panjang-tinggi-lebar yang seimbang/ proporsional.

Warna - warna harus cemerlang.

Patern/ pola - harus ber pola "well-balanced".

Kualitas - tidak dapat dijelaskan dengan kata2, tetapi dapat diketahui dengan pengalaman.

Elegan - koi yang gendut tidak proporsional/ terlalu buncit sangat tidak elegan. Bentuk dan besar dari pectoral fin sangat mempengaruhi ke-elegan-an seekor koi, begitupun cara berenangnya.

Imposing appearance - dalam suatu kasus apabila ada 2 ekor dengan nilai keindahan yang sama, maka koi yang lebih besar akan memiliki nilai "lebih".

Minggu, 04 Juli 2010

Galery Koi

1. Kohaku
Kohaku adalah varietas koi yang mempunyai badan putih dengan bercak merah pada badannya. Kohaku boleh dikatakan paling populer di antara varietas koi. Ini bisa dimaklumi sebab corak warna-nya langsung mengingatkan orang pada bendera ke-bangsaan Jepang. Dan tidaklah berlebihan bila Kohaku dianggap sebagai koi yang "pertama dan terakhir", karena umumnya pertama kali orang akan memilih Kohaku, lalu berpindah-pindah varietas,lantas pada akhirnya kembali lagi pada Kohaku.

Untuk mencapai coraknya yang sekarang, di-butuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan Kohaku. Dari seekor koi berwarna hitam lahirlah koi berpipi merah lewat suatu mutasi, yang lantas ngetop dengan nama "Hookazuki". Pada tahun 1800, dari "Hookazuki" ini lahirlah seekor koi berwarna putih. Koi berwarna putih ini lantas dikimpoi-kan dengan Higoi, lahirlah Haraka, yaitu koi putih dengan bercak-bercak merah. Haraka sendiri ber-arti berperut merah (Red belly). Kemudian ber-turut-turut lahirlah Hoo-Aka (berpipi merah), Era-Hi (berinsang merah). Sejak 1830 muncullah koi dengan sebagian kepala berwarna merah (Zukin-kaburi), koi berbibir merah (Kuchibeni), dan Sarasa yang mempunyai punggung berwarna merah dan putih. Pendek kata pada jaman Meiji, Kohaku sudah dikenal luas dan mulai dikembangkan secara khusus.

Warna putih pada Kohaku menjadi pusat perhatian untuk menentukan kualitas Kohaku. Warna putihnya harus bersih seperti warna salju, tidak boleh putih kekuningan, atau putih kecokelatan. Sedangkan untuk warna merah, yang dikehendaki adalah merah pekat tetapi cerah (terang). Warna merah ini ada dua, yaitu yang dasarnya ungu dan cokelat kekuningan. Yang pertama lebih pekat dan tidak mudah luntur, tetapi tidak halus. Sedangkan yang terakhir lebih halus dan tidak mudah luntur, tetapi sulit didapatkan.

Banyak ragam Kohaku. Jenis-jenisnya di antara-nya dibedakan berdasarkan banyaknya bercak merah pada punggungnya. Ada yang dua, tiga atau empat, tetapi ada juga yang hanya satu. Inazuma-Kohaku mempunyai warna merah menyerupai ben-tuk kilat di punggungnya. Gotenzakura adalah Kohaku yang mempunyai bercak merah yang seim-bang pada sisi kiri dan kanan punggungnya. Doitsu-Kohaku Napoleon adalah Kohaku Jerman yang mempunyai warna merah seperti topi Napoleon. Fuji Kohaku adalah Kohaku yang mempunyai gum-palan berwarna perak pada kepalanya. Mereka tam-pak sangat cantik. Namun kecantikannya akan hi-lang ketika umurnya dua tahun. Shiromuji adalah koi yang mempunyai badan berwarna putih biasa, sedangkan keseluruhan badan Akamuji berwarna merah biasa. Akumuji sering disebut sebagai Higoi. Higoi yang warnanya gelap disebut sebagai Benigoi atau Hiaka. Higoi dengan sirip putih akrab dipanggil sebagai Aka-Hajiro. Tancho-Kohaku adalah koi yang keseluruhan badannya berwarna putih dengan bercak merah pada bagian kepalanya.

2. Taisho Sanke
Taisho-Sanke adalah koi yang badannya berwarna putih dan-dihiasi dengan warna merah dan hitam. Pola dasarnya merah pada bagian kepalanya, dan garis lebar hitam pada bagian dadanya. Taisho-Sanke termasuk varietas yang terkenal, seperti hal-nya Kohaku. Taisho Sanshoku ini ditemukan pada era Taisho di Jepang, maka disebut "Taisho Sanshoku" atau disebut "Taisho Sanke" atau "Sanke".

Tidak jelas sejak kapan koi dengan tiga warna ini muncul. Namun sejak pertengahan jaman Meiji, koi dengan tiga warna sudah ditemukan. Pada awal-nya, yang ada baru koi dengan tiga warna yang se-cara penuh menghiasi sekujur badan koi. Atas jasa Eizaburo Hoshino dari Takezawa, kini telah dapat menikmati koi yang berbadan putih dengan hiasan warna hitam dan merah pada sekujur badannya.

Seperti Kohaku, putihnya Taisho-Sanke harus seputih salju. Warna merah harus seragam dan pekat. Yang bertepi terang lebih penting. Taisho-Sanke di-sebut bagus Jika di kepalanya tidak terdapat warna hitam. Koi yang punggungnya terdapat warna hitam lebar akan lebih bagus dan tampak sangat indah. Tsubo-Sumi adalah koi yang mempunyai badan putih dengan bercak hitam, sedangkan Kasane-Sumi adalah koi yang pada warna hitamnya terdapat di atas bercak merah. Yang paling ideal adalah sirip yang juga mempunyai tiga pola warna.
Aka-Sanke adalah Taisho-Sanke yang warna merahnya membentang dari kepala hingga ekor. Koi ini memang sangat mengesankan, tetapi kurang ang-gun. Doitsu-Sanke adalah Taisho-Sanke yang masih merupakan keluarga karper kaca dari Jerman. Aka-Sanke dari karper kaca ini dikenal dengan Doitsu-Aka-Sanke. Fuji-Sanke adalah Taisho-Sanke yang mempunyai gumpalan perak pada kepalanya. Tancho-Sanke adalah koi yang mempunyai warna merah yang lebar pada kepalanya, tapi pada badan-nya tak terdapat warna merah.

3. Showa Sanshoku

4. Utsurimono

5. Bekko

Bekko masih keluarga Taisho-Sanke. Warna dasarnya merupakan perpaduan putih, merah, dan kuning. Sementara itu -warna hitam menjadi peng-hias di antara warna-warna tersebut. Macam-macam Bekko yang ada misalnya Shiro-Bekko, Aka-Bekko, Ki-Bekko, dan Bekko-Doitsu.

Shiro Bekko adalah Taisho-Sanke yang tidak punya warna merah. Garis hitam menghiasi kulitnya yang putih. Koi ini disebut bagus Jika pada kepala-nya tidak terdapat warna hitam. Seandainya ada, warna hitam tersebut Jangan sampai merusak keseimbangan warna secara keseluruhan. Warna hitam yang lebar pada punggungnya sangat diharap-kan, sedang warna putih pada kepalanya tidak boleh kecokelatan. Pada sirip dada terdapat garis-garis yang cantik, tapi ada beberapa koi yang tidak mem-punyainya.

Aka-Bekko adalah koi yang mempunyai tanda hitam pada permukaan tubuhnya yang merah. Per-bedaannya yang mencolok dibandingkan dengan Aka-Sanke adalah Aka-Bekko tidak memiliki bagian yang berwarna putih asli, sedangkan Aka-Sanke mempunyainya. Aka-Sanke (Red tricolor) boleh di-katakan sebagai Bekko yang mempunyai warna merah, hitam, dan putih (yang biasanya terdapat pada perutnya). Aka-Bekko yang memiliki warna merah pekat sangat diharapkan, tapi umumnya sangat jarang.

Ki-Bekko adalah koi kuning yang mempunyai tanda hitam, sedangkan Bekko-Doitsu adalah Bekko dari koi asal Jerman.

6. Asagi
Asagi adalah koi yang mempunyai badan berwarna biru atau biru cerah dengan pipi, perut, dan lipatan sirip berwarna merah. Sisik-sisiknya berwarna biru cerah dan membentuk susunan yang tidak bercacat.

Walaupun Asagi cenderung mempunyai kepala yang ada nodanya, tapi sebenarnya yang bersih tak bernoda lebih disukai. Beberapa Asagi tidak punya warna merah pada perutnya. Warna merah ini konon akan menjalar ke punggung dan menutupi warna biru sejalan dengan umur Asagi.

Asagi dengan bintik merah di kepalanya dina-makan Asagi-Menkaburi (Mask Covered). Lipatan sirip dada yang berwarna merah disebut sirip Shusui. Warna merahnya tidak akan tampak pada punggung. Kajo-Asagi (Dark blue Shusui) adalah Asagi yang warna badannya segelap warna badan koi hi-tam. Narumi-Asagi adalah yang mempunyai pola Narumi, yang menjadi ciri khas dari Asagi. Mizu-Asagi adalah koi yang mempunyai warna paling cerah di antara Asagi. Asagi-Sanke adalah koi yang mempunyai warna punggung biru pucat. Kepala dan bagian atas perutnya terdapat tanda merah, dan bagian bawah perutnya putih susu. Inilah Asagi yang benar-benar cantik.

7. Goshiki
Goshiki adalah Koi jenis Asagi yang mempunyai pattern warna merah.

8. Koromo
Koromo diberikan bagi keturunan Asagi dengan Kohaku atau peranakan dari Asagi dengan salah satu Sanshoku. Macam-macam Koromo adalah Ai-goromo (Blue-Koromo), Sumi-Goromo (Dark-Koro-mo), Budo-Sanshoku, Koromo-Sanke, Koromo-Showa (Ai-Showa).

Ai-goromo adalah peranakan Asagi dengan Kohaku. Sisiknya yang berwarna merah mempunyai lingkaran tepi biru yang membuatnya tampak cantik.

Sumi-goromo adalah koi yang warna hitamnya seperti yang tampak pada bercak hitam Kohaku. Pada kepalanya juga terdapat warna hitam ini. Koi yang mempunyai sisik ungu berbentuk seperti dom-polan buah anggur diberi nama Budo-Sanshoku. Koi ini benar-benar indah. Koromo-Sanke merupakan peranakan dari perkimpoian Ai-goromo dan Taisho-Sanke. Tanda biru keluar pada bercak merah pada Taisho-Sanke. Koromo-Showa (Ai-Showa) adalah peranakan dari Ai-goromo dan Showa-Sanshoku. Tanda biru keluar dari bercak merah pada Showa-Sanshoku.

9. Hikarimuji

10. Hikariutsuri

Jenis Utsuri yang berwarna metalik, jenisnya meliputi:
Kin Showa- Showa metalik
Gin Shiro Utsuri- Shiro Utsuri metalik
Kin Ki Utsuri- Ki Utsuri metalik

11. Hikarimoyo

12. Kujaku

13. Kinginrin

Yang dimaksud dengan Kinginrin tidak lain adalah koi yang mempunyai tanda-tanda perak di badannya. Beta-gin untuk sebutan koi yang hanya sebagian besar badannya diselimuti warna perak ini, sedangkan yang keseluruhan. badannya berwarna perak dinamakan Tama-gin atau Platinum Ginrin.

Kinginrin-Kohaku adalah Kohaku yang ada unsur warna peraknya. Jika perak ini terdapat pada warna putihnya dinamakan Ginrin, sedang yang tampak pada warna merah dinamakan Kinrin. Umumnya warna perak ini tampak pada punggung-nya.

Kinginrin-Sanke adalah Sanke yang ada peraknya. Dulu warna perak yang tampak ini tidak di-| sukai, karena akan menyebabkan warna merah dan hitam menjadi pudar. Kini Ginrin-Sanke dengan warna merah dan hitam yang cerah malahan diter-nakkan. Kinginrin-Showa adalah Showa yang mem-punyai unsur warna perak, sedangkan Kinginrin-Bekko adalah Bekko yang mempunyai unsur warna I perak.

Hikarimono-Kinginrin adalah Hikarimono yang mempunyai unsur warna perak yang relatif masih baru. Platinum-Ogon dan Yamabuki-Ogon yang ada unsur peraknya merupakan ikan yang benar-benar menawan.

14. Tancho
Tancho adalah sebutan untuk koi yang pada sekujur badannya tak terdapat warna merah, tetapi pada kepalanya terdapat warna merah. Pada katagori varietas sudah banyak disebutkan macamnya seperti Tancho-Kohaku, Tancho-Sanke, dan Tancho-Showa.

15. Doitsu
Koi dengan sisik hanya dibagian punggung / sisi saja.

16. Shusui
Tahun 1910 Yoshigori Akiyama mengawinkan Asagi-Sanke dengan karper kaca dari Jerman, dan menghasilkan Shusui. Shusui adalah koi yang sisik-nya besar-besar dan kulitnya lembut. Punggungnya berwarna biru gelap dan sangat cantik. Ujung hi-dung, pipi, perut, dan lipatan siripnya berwarna merah terbakar.

Hana-Shusui adalah Shusui yang mempunyai tanda merah pada kulitnya yang biru di antara garis sisik di punggung dan perut. Hi-Shusui adalah Shusui yang warna merahnya cukup luas hingga menutup daerah punggung. Shusui yang berwarna kuning dengan daerah punggung berwarna hijau gelap hingga ungu diberi nama Ki-Shusui. Jika punggungnya mendekati kehitaman dan tidak ada- unsur warna hijau atau ungu, maka koi tersebut bernama Ki-Matsuba-Doitsu. Pearl Shusui diberikan untuk Shusui yang mempunyai sisik punggung yang berwarna keperakan.

17. Kumonryu

18. Kawarigoi

Budidaya Ikan Koi

Ikan Koi




Status konservasi: Aman
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Familia : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : C. carpio
Nama binomial : Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)

Budaya Abad Lampau

Menurut sejarahnya, orang Cina-lah yang per-tama kali menernakkan ikan karper, yaitu sekitar tahun 1300-an. Jika kemudian diberitakan koi mulai ngetop dan diklaim sebagai "produk" Jepang tentu ada alasannya.

Pusat pembenihan koi di Jepang terdapat di daerah pegunungan Ojiya, Niigata. Daerah ini ter-kenal sebagai penghasil karper, karena penduduk di Ojiya banyak membudidayakan karper untuk

Jauk mereka sewaktu musim panas. Pada waktu mu-sim dingin, mereka tidak mungkin lakukan karena daerah tersebut tertutup salju. Sebelum cuaca men-jadi dingin, karper tersebut akan menempati kolam-kolam di dalam rumah, dan begitu melewati musim dingin karper tersebut menjadi lauk bagi penduduk Ojiya.

Melalui suatu pembudidayaan Selama bertahun-tahun, akhirnya diperoleh strain yang berwarna merah atau biru cerah. Itulah yang menjadi titik awal yang menyemangati mereka untuk kemudian mencoba-coba menghasilkan strain-strain yang lebih indah. Akhirnya pada tahun 1870 didapatkan-lah Kohaku (merah dan putih), menyusul pada tahun 1910 Shiroutsiiri (putih dan hitam) dan Kinutsuri (kuning dan hitam), garis keturunan mulai tampak dan merupakan suatu yang tidak bisa di-pungkiri.

Tahun 1930, mulailah ditemukan karper warna dengan garis yang lain. Jika pada awal mulanya hanya satu warna, kemudian menyusul penemuan koi dua dan tiga warna. Adapun koi-koi cantik yang mulai dikenal adalah Showa Sanke (merah, putih dan hitam). Selain itu muncul juga koi dengan corak lain seperti Kinrin (sisik emas), Ginrin (sisik perak), dan Ogon (emas).

Pada tahun 1904, Jerman mengirimkan koi dengan sisik yang tidak lengkap dan bahkan yang tidak bersisik sama sekali, sebagai hadiah kepada

Jepang. Mereka lantas menernakkan koi Jerman ini dengan tipe sisik standar untuk koi, dan hasilnya melengkapi keanekaragaman dasar variasi pada sisik koi. Jika koi warna-warni Jepang dikenal sebagai Nishikigoi, maka koi Jerman ini populer dengan sebutan Doitsugoi (koi jerman). Dalam bahasa Jepang, Nishiki mengandung makna kain yang berane-ka warna, sedangkan goi artinya tidak lain adalah karper. Akan halnya Nishikigoi yang akhirnya populer dengan nama koi.

Tanda Cinta sang Kaisar

Majalah Tropical Fish Hobbiest edisi September 1988, memuat tentang asal-usul kata Nishikigoi. Menurut Sejarah Cina, ketika anak laki-laki tertua dari Kong-zi lahir pada 533 SM, penguasa kerajaan Lu memberinya ikan sebagai hadiah ulang tahun. Ikan itu konon yang kita sebut koi sekarang ini. Kata koi, menurut cara penulisan Jepang, memang bisa menimbulkan dua makna yang berbeda. Makna pertama adalah ikan, sedang makna kedua adalah menjadi murni atau sempurna. Dari kedua makna ini, koi bisa diartikan sebagai ikan yang mempunyai garis rapi dan teratur pada sisik di badannya. Dengan lain perkataan, koi merupakan ikan yang benar-benar sangat menguntungkan dan sangat ideal untuk seni.

Cina ternyata mempunyai buku, yang diper-caya sebagai buku pertama dan tertua yang mengu-pas tentang koi, yang bernama Yogyokyo. Tata cara pembudidayaan koi, dan semua jenis koi dikupas dalam buku tersebut. Dalam buku tersebut diurai-kan juga tentang koi yang berwarna-warni seperti merah, biru, hitam, putih, dan kuning.

Dengan kata lain terdapat rahasia yang masih tersimpan dalam buku koi yang ditulis orang Jepang, seperti Hitachi-fudoki atau Nishonshoki.

Dalam bahasa Jepang antara carp dan love (cinta) mempunyai cara pengucapan yang sama -koi! Dalam buku Nishonshoki terdapat cerita yang menarik ten-tang kata koi ini. Ketika kaisar Kejkou pergi ke Pro-pinsi Mino pada Februari 94, ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan anak perempuan Pange-ran Yasakairihiko Otohime. Ketika mendengar ke-inginan kaisar Kejkou, sang putri menolak dan lari masuk ke dalam hutan. Namun kaisar Kejkou tidak kekurangan akal, untuk menarik perhatian pujaan hatinya, ia mengambil ikan yang baru didatangkan dari Cina yang ada di kolam penginapannya dan mengadakan jamuan makan ikan. Anehnya sang putri yang semula menolak akhirnya keluar hutan dan menemui dia. Mereka saling jatuh cinta yang dalam bahasa Jepang disebut koi. Dari cerita ini orang lantas menyebut koi untuk ikan yang dipakai sang kaisar guna memikat pujaan hatinya.

Bagaimana dengan nama Nishikigoi, adakah cerita yang menarik sebelum nama itu melekat dan dikenal untuk menyebut karper warna-warni ini? Dulu orang menyebut koi dengan nama yang ber-beda-beda, misalnya saja mayogoi (karper yang berpola bagus), hanagoi (karper kembang), echigo no kawarigoi (karper unik dari Echigo), irogoi (karper warna), dan madarigoi (karper totol). Adalah Kei-Abe, teknisi di Pusat Penelitian Perikanan Niiga-ta yang meneliti dan mengembangkan koi, memberi-nya nama ketika pertama kali taisho sanshoku di-produksi di Takezawa-mura pada tahun 1918. Pada waktu itu nama ini tidak populer di kalangan masya-rakat.

Ada dua versi yang dipercaya sebagai asal-muasal kata Nishikigoi dikenal luas. Pertama, kata ini mulai dikenal ketika seorang kapten singgah di pusat pembenihan koi setelah usai perang dunia kedua. Saking laparnya ia minta irogoi (karper warna) untuk mengisi perutnya, yang kemudian di-bingungkan dengan kata irokoi yang dalam bahasa Jepang mengandung makna nafsu seksual. Dari sini kemungkinan kata Nishikigoi mulai dikenal luas. Cerita kedua adalah ketika Francis Burgoa, kepala markas besar tentara Sekutu mengadakan peninjau-an di pusat pembenihan koi di Yamakoshi setelah perang dunia kedua. Sejak saat itu kemungkinan kata Nishikigoi mulai populer. Dan tentunya kata Nishikigoi hanya untuk menyebut ikan yang ber-warna-warni dan bukannya yang satu warna.

Koi Lemah Lembut dan Jinak


Tidak ada bos dalam kelompok koi, dan tidak ada seekor pejantan kasar yang mengganggu koi betina. Sebagai penghuni lama, koi tidak akan me-nyiksa koi pendatang baru. Koi sangat lemah lembut.

Koi juga jinak. Jika kita memiliki koi dan telah terbiasa akrab dengannya, kita bisa memberinya makan dengan tangan kita. Koi akan menghampiri dan menyantap makanan yang kita sodorkan tanpa tergesa-gesa. Bahkan Jika kita berikan makanan agak ke sebelah atas permukaan air, koi mau mengeluar-kan moncongnya menyantap makanan tersebut. Seperti halnya memelihara anjing atau kucing, kita bisa memberi nama pada koi. Koi ini akan mende-kat ketika dipanggil namanya. Bahkan ada koi yang mau meminum kopi dari pemiliknya.

Ketika kita sedang dirundung suatu masalah, baik di kantor atau dengan anggota keluarga, kita bisa meluangkan waktu sejenak untuk mengamatidan bercanda dengan koi kesayangan kita. Dijamin masalah-masalah bisa hilang, atau paling tidak kita bisa merupakan sejenak masalah yang membebani kita.

Tidak Pemilih Terhadap Perawatnya

Pada umumnya sebuah hobi hanya milik per-orangan. Kalau seorang ayah mempunyai kegemaran memelihara burung, mungkin anggota keluarga yang lain tidak bisa ikut menikmati karena memang tidak tahu apa yang menarik dari burung tersebut. Tidak demikian halnya dengan koi. Memelihara koi dapat memberi kebahagiaan pada seluruh anggota keluarga. Bahkan tidak jarang sebuah keluarga yang memelihara koi menganggap koi sebagai salah satu anggota keluarganya juga. Dengan demikian, masalah makan ikan dan kebersihan tempatnya akan sangat mereka perhatikan sekali.

Seekor koi yang dibeli dan dipelihara oleh si anak atau seekor koi yang dibeli oleh si ibu dapat menjadi kesenangan bagi ayah atau saudara mereka, dan masing-masing koi tersebut dapat hidup damai dalam kolam yang sama. Kalau sudah begitu, bisa! saja suatu saat sang istri sedang memberi makan koi atau membersihkan kolam koi, sedangkan suaminyai memperlihatkan kepada temannya koi-koi kesayang-an mereka. Istri dan anak bisa menjadi tenaga yang potensial untuk turut merawat koi kesayangan I suami atau ayah mereka. Pernah suatu kali ketika ada perlombaan koi di Hawaii, seorang istri me-nangis gembira ketika koinya mengalahkan koi suaminya.

Mudah Menerima Makanan



Salah satu sebab mengapa koi mudah dipelihara adalah karena koi mudah menerima makanan apa saja. Tidak seperti halnya pada budidaya kodok. Kodok sulit dibudidayakan karena perilaku makan-nya sangat khusus. Sedangkan koi mau menerima berbagai jenis makanan baik berasal dari hewan ataupun bahan nabati (tumbuh-tumbuhan). Koi mau menerima daging, ikan, sayur-sayuran. Bahkan roti pun sudi menerimanya. Namun demikian untuk mendapatkan koi yang tumbuh sehat dengan warna yang memikat kita perlu memberi makan koi kita dengan makanan buatan yang merupakan campuran berbagai bahan-bahan nabati dan hewani dan juga vitamin-vitamin yang sangat positif terhadap pertumbuhan warna badannya.

Selain makanan buatan tersebut harus juga di-sediakan makanan alami seperti udang-udangan, cacing tanah, kepiting, dan siput. Perbandingan baban sayuran dengan bahan hewani berkisar 6 : 4. Yang paling gampang bagi kita adalah menggunakan makanan yang sudah siap pakai.

Jika kita ingin berekreasi dengan seluruh anggo-ta keluarga dan harus meninggalkan rumah Selama beberapa hari, maka kita bisa meninggalkan koi kita tanpa perlu khawatir. Yang harus diingat adalah, koi terbebas dari sergapan hewan pemangsa.

Koi Mudah Menyesuaikan Diri

Koi juga dikenal sebagai ikan yang gampang menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Ikan ini bisa menempati hampir semua tempat. Pada saat pemindahan, Jangan sampai koi mengalami perubahan secara mendadak. Kalau hal itu terjadi, kemungkinan koi akan menderita.

Beberapa peminat biasanya berkecil hati terlebih dulu bila hendak memelihara koi, karena mereka tidak memiliki cukup lahan di pekarangan.Ini suatu kekeliruan yang besar, karena koi tidak butuh tempat terlalu besar. Lahan seluas 3,3 m2 sudah cukup untuk memelihara ikan cantik ini. Malahan ada beberapa orang yang menempatkan koi pada kolam di balkon atau lantai atas sebuah loteng. Dengan tempat yang kecil, tentunya air harus diganti. Setiap hari. Dengan begitu, sebenarnya setiap orang bisa memelihara ikan ini jika mau.

Tentu saja dibutuhkan tempat yang lebih luas untuk menempatkan koi yang besar dan cantik. Setidaknya, sediakan kolam seluas 15-30 m2 dengan kedalaman ideal 1,2 m. Untuk mendapatkan kondisi yang bagus, kolam koi harus diperlengkapi dengan peralatan penyaringan dan drainase. Air yang digunakan cukup air tanah. Untuk menjaga kebersihannya, air dialirkan melewati unit filter dan kita tidak perlu harus mengganti setiap hari. Untuk kota-kota besar atau kota industri disarankan untuk tidak menggunakan air tanah. Air dari sini kemung-kinan besar sudah terpolusi. Untuk daerah tertentu di Jakarta, air laut sudah merasuk dan bercampur dengan air tanah. Untuk itu pemakaiannya perlu dipertimbangkan.

Koi Murah Namun Indah

Koi yang memenangkan kontes bisa terjual dengan harga hingga lebih dari 10 juta yen atau sekitar Rp 120 juta. Pada umumnya. orang beranggapan bahwa koi sebagai ikan hias yang harganya mahal.

Kendati demikian, seekor koi yang baru menetas hanya dijual seharga 5 atau 6 yen, sedangkan yang lebih besar bisa seratus hingga seribu yen. Kita dapat memilih koi yang bagus andai kita mempunyai mata jeli. Sebagaimana halnya pemijahannya yang gam-pang, akan mudah juga bagi kita untuk memelihara-nya. Dan dalam tempo singkat, kita bakal dapat me-nikmati keindahannya. Pilihlah anak yang bagus dan kita akan dapatkan koi yang hebat, yang bukan tidak mungkin bakal memenangkan kontes.

Bisa Menjadi Teman Seumur Hidup

Sekitar 15 tahun yang lalu, sangatlah sulit mempertahankan hidup koi terutama pada daerah yang mempunyai empat musim. Memasuki musim dingin biasanya koi akan "berguguran", karena tidak tahan dengan perubahan suhu yang mencapai beberapa derajat di bawah titik nol. Koi mudah mati sehingga tidak dapat dijadikan hewan peliharaan yang bisa bertahan sepanjang waktu.

Banyak di antara para pemelihara koi mencoba dan mempelajaxi agar koi mereka bisa bertahan hidup lebih lama. Beberapa problem yang sulit bisa mereka atasi, sehingga mereka bisa memelihara dan mempertahankannya tetap hidup. Usaha yang serius pada pembudidayaan koi memungkinkan kita untuk memiliki koi yang berumur panjang. Dan kita bisa menjadikan koi sebagai teman .etia sepanjang hidup. Tidak berat yang harus kita lakukan untuk itu, dan biasanya tidak terasa kalau kita sudah memelihara koi sampai puluhan tahun. Kuncinya hanyalan membersihkan kolam sebaik kita menjaga kebersihan lingkungan kita, dan merawat koi sebaik merawat diri sendiri.

Morfologi Koi

Sebagai "bentuk lain" dari ikan mas, pada da-sarnya hampir seluruh organ tubuh koi sama dengan ikan mas lauk tersebut. Hanya ada beberapa perbe-daan pokok seperti bentuk tubuh ideal, warna ideal, dan beberapa hal yang sifatnya sangat khusus.

Koi mempunyai badan yang berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Ada-pun sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan sebuali sirip ekor. Sirip-sirip tersebut sangat penting bagi inereka untuk berpindah tempat. Ibarat manu-sia, ikan pun mempunyai kaki dan tangan. Sirip dada bisa diibaratkan sebagai tangan, sedangkan sirip perut sebagai kaki. Hanya bedanya dengan manusia, tangan dan kaki tidak baka) tumbuh lagi ketika patah (Jika tidak disambung), sirip-sirip pada ikan koi umumnya akan tumbuh Jika patah atau di-potong.

Untuk bisa berfungsi sebagai alat bergerak, sirip ini terdiri atas jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip. Yang dimaksud dengan jari-jari keras adalah jari-jari sirip yang kaku dan patah jika di-bengkokkan. Sebaliknya jari-jari lunak akan lentur dan tidak patah jika dibengkokkan, dan letaknya selalu di belakang jari-jari keras. Selaput sirip merupakan "sayap" yang memungkinkan koi mempunyai tenaga dorong yang lebih kuat apabila bere-nang. Selaput inilah yang sering dibabat habis para-sit dan penyakit sehingga sirip koi tampak seperti sisir/sikat. Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak, sirip perut hanya terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9 buah, sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak.

Selain sirip sebagai sarana penggerak, koi juga mempunyai indera penciuman. Indera pencium ini berupa sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk mencium makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera penciumnya ini, mereka mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari lumpur yang menutupi makanan tersebut. Kumis. ini pula yang membedakannya dengan ikan maskoki, yang cikal bakalnya sangat mirip dengan mereka.

Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat gurat sisi (Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar.

Badan koi tertutup selaput yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama terletak di luar, dikenal sebagai lapisan epidermis, sedang lapisan dalam di-sebut endodermis. Epidermis terdiri dari sel-sel getah dan yang menghasilkan lendir (mucus) pada permukaan badan ikan. Cairan ini melindungi per-mukaan badan atau menahan parasit yang menye-rang koi. Berbeda dengan lapisan epidermis, lapisan endodermis terdiri atas serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan urat-urat darah terdapat pada daerah ini. Di dalam lapisan ini juga terdapat sel warna yang sangat diperlukan sekali oleh koi. Sel warna ini mempunyai corak yang sangat kompleks yang dengan cara kontraksi memproduksi larutan dengan 4 macam seJ warna yang berbeda. Adapun keempat sel yang diproduksinya adaJah melano-phore (hitam), xanthophore (kuning), erythrophore (merah), dan guanophore (putih). Organ perasa dan sistem syaraf mempunyai hubungan yang erat dengan penyusutan dan penyerapan sel-sel warna. Organ ini sangat reaktif sekali dengan
cahaya. Tem-patnya di antara lapisan epidermis dan urat syaraf pada jaringan lemak, dan terletak di bawah sisik.

Sisik koi mempunyai pertumbuhan yang unik. Pada sisik akan tergambar garis-garis yang bisa di-jadikan patokan untuk mengira-ngira umur koi. Kasus yang hampir sama dengan pohon jati, yang mana umurnya bisa ditentukan dengan melihat garis-garis lingkar pada batangnya. Demikian pula yang terjadi pada koi. Karena garis-garis ini begitu halusnya, maka untuk bisa memastikan yang hampir mendekafi kebenaran - diperlukan bantuan untuk melihat lebih jelas lingkaran-lingkaran yang terdapat pada sisik koi.

Untuk melihatnya, kita perlu merendam sisik tersebut dengan larutan Potasium hidroksida dengan konsentrasi 1—5% selama 24 jam. Setelah itu sisik dibersihkan dan dibasuh dengan air, dan dilihat di bawah mikroskop.

Fisiologi Koi

Setelah mengetahui bentuk morfologi koi, akan lebih lengkap Jika kita pun mengetahui bentuk fisiologinya. Koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan hidup pada perairan tawar. Mereka bisa hidup pada temperatur 8°C - 30°C. Oleh karenanya tidak heran bila koi bisa dipe-lihara di seluruh wilayah Indonesia tanpa kecuali, mulai dari pantai hingga daerah pegunungan. Hanya saja seperti halnya ikan hias umumnya, koi tidak tahan Jika mengalami goncangan suhu yang drastis. Penurunan suhu hingga 5°C dalam tempo singkat sudah menyebabkan kelabakan. Jika tubuhnya diselimuti dengan lapisan berwarna putih, itu me-nandakan koi sakit. Jika suhu air turun hingga 7°C, biasanya koi akan beristirahat di dasar kolam, statis. Kadang-kadang koi masih bisa bertahan hidup pada suhu 2-3°C, tapi kebekuan air umumnya akan menyebabkan mereka menemui ajal, kecuali Jika dalam kolam tersebut dipasang alat sirkulasi yang mencegah terjadinya kebekuan.

Koi aslinya merupakan ikan air tawar, tapi masih bertahan hidup pada air yang agak asin. Sekitar 10 permil (10 /oo) kandungan garam dalam air masih bisa dipakai untuk hidup koi.

Makanan utama anak koi pertama kali adalah udang-udang renik seperti Daphnia. Sejalan dengan pertumbuhan badannya mereka lantas bisa mema-kan serangga air, jentik-jentik nyamuk, atau lumut-lumut yang menempel pada tanaman. Sebagai hewan yang tergolong omnivora, koi memakan segala seperti manusia. Mereka akan memburu sepotong makanan atau mengaduk-aduk lumpur untuk men-dapatkan makanan yang dibutuhkan. Karena tidak adanya gigi pada rahangnya, koi menyantap ma-kanannya dengan gigi-gigi pharynk yang ada di rong-ga mulutnya.

Jantan koi akan matang kelamin ketika umur-nya mencapai 2 tahun, sedangkan betina setahun lebih lambat yaitu ketika berumur 3 tahun. Mereka akan memijah setahun sekali. Musim kimpoinya pada bulan April hingga Juni. Berbeda dengan daerah yang mengalami empat musim, seperti Jepang, di-kabarkan koi kimpoi setahun sekali. Di Indonesia yang hanya terdiri dari dua musim, koi bisa berpijah sepanjang tahun.

Di kolam pemijahan mereka akan kimpoi pada jam 16.00 hingga pagi hari. Mereka akan meletak-kan telur-telurnya pada akar tanaman atau kakab-an. Frekuensi pemijahan dikabarkan sebulan sekali. Pembuahan terjadi di luar tubuh induk betina. Induk betina akan mengeluarkan telurnya ketika dikejar induk jantan, dan secepat itu pula induk jantan akan mengeluarkan sperma di atas telur-telur tersebut. Telur bersifat menempel dan bulat bentuk-nya. Ukuran dan banyaknya telur tergantung dari induknya. Diameter telur berkisar antara 2,1—2,6 milimeter. Ketika pertama kali keluar, telur ber-warna kuning cerah. Namun kemudian, warnanya berubah menjadi bening. Sekali memijah, seekor betina bisa menghasilkan telur 200.000-400.000 butir.

Suhu air mempengaruhi cepat lambatnya pene-tasan telur. Semakin tinggi suhunya akan semakin cepat telur menetas. Jika suhu air terlalu dingin biasanya telur tidak menetas, atau karena terlalu lama telur bisa terserang jamur. Pada suhu sekitar 25°C telur akan menetas dalam tempo 48—60 jam, sedangkan pada suhu 20 C telur baru akan menetas setelah 4 hari.

Pertumbuhan badan koi tergantung kepada suhu air, makanan, dan jenis kelamin. Tidak ada binatang lain yang mempunyai pertumbuhan yang tidak teratur (seragam) seperti halnya koi. Hanya dalam tempo lA tahun koi tumbuh sangat cepat menjadi 10 kali sama panjangnya dan seribu kali sama beratnya dengan pertambahan berat orang yang paling lambat sekalipun. Di bawah ini tersedia tabel pemantauan pertumbuhan koi, berat dan pan-jang badannya sejalan dengan umurnya.

Umumnya jantan koi tumbuh langsing, sedangkan betina membulat bentuk badannya. Sampai umur 2 tahun jantan tumbuh lebih pesat dibanding-kan betina. Namun setelah itu Sebaliknya, betina tumbuh lebih pesat daripada pasangannya. Koi bisa mencapai umur yang panjang, sekitar 70 tahun dan bisa dijadikan teman sepanjang hayat.

Berbagai koi bisa saja unik seperti halnya ikan maskoki. Seperti pernah diberitakan di Jepang, ada koi yang sirip-siripnya panjang yang kabarnya merupakan kimpoian antara ikan mas biasa dan koi. Ada koi yang cacat bawaan, misalnya saja sirip pung-gungnya tumbuh di sebelah (tidak sejajar dan lurus di punggung). Ada juga koi yang sirip ekornya ber-cabang tiga seperti maskoki. Ada juga yang bentuk-nya mirip maskoki betulan, hanya saja ukurannya lebih besar.

Seperti telah dijelaskan di atas, warna koi di-pengaruhi atau tergantung dari sel-sel warna. Namun begitu, ada semacam makanan yang mengandung karotin yang bisa merangsang pertumbuhan warna. Tentunya makanan ini tidak langsung membuat warna koi tumbuh tiba-tiba. Jika makanan demikian yang diharapkan, hingga sekarang belum ditemukan.

Organ Tubuh Koi

Mengetahui kendati serba sedikit organ tubuh koi, sangat penting bagi kita. Terlebih Jika kita hendak mengobati ikan dan mencari sebab-sebab serangan penyakit.

Seperti telah sedikit dijelaskan di atas, koi tidak mempunyai gigi pada rahangnya, melainkan gigi-gigi pharynk untuk menghancurkan makanan yang di-santapnya.

Di dalam air koi mampu mengenali makanan-nya dan bahkan mencarinya di antara lumpur dan kotoran, dikarenakan koi memiliki organ pencium yang sangat tajam. Organ pencium ini berupa 2 pasang kumis yang menghiasi mulutnya, yang juga sering disebut sebagai sungut. Sungut atau kumis ini begitu sensitif, dikarenakan bagian luarnya ter-diri dari sel-sel yang sangat sensitif.

Mulut koi lumayan besar dan uniknya dapat di-sembulkan. Letaknya di ujung moncong (terminal). Air bersama-sama makanan masuk melewati rongga mulut. Makanan yang kecil langsung ditelannya, dan air keluar lewat lubang insang setelah sebelumnya oleh keping-keping insang oksigen dalam air di-serap. Makanan masuk ke dalam kerongkongan yang sangat lebar, tapi pendek. Dari kerongkongan makanan dibawa langsung ke usus yang panjangnya sekitar 5 kali panjang tubuh.

Di dalam tubuh koi juga terdapat gelembung renang yang berguna bagi koi untuk mengatur keseimbangan tubuhnya di dalam air. Oleh karenanya sering maskoki yang terganggu gelembung renang-nya akan bergerak tidak normal. Karena letak gelembung renang ini di dekat usus, tentu saja makanan yang bisa mengembang dengan mudah dan me-nyebabkan usus penuh akan menggencet gelembung renang ini.

Di depan sirip anus terdapat lubang anus yang mempunyai berbagai fungsi. Pada lubang anus ini se-sungguhnya terdapat juga lubang peranakan yang berhubungan dengan gonade yang menghasilkan sperma pada jantan dan sel telur pada betina. Selain itu ada juga lubang kencing dan lubang kotoran. Mengingat 3 saluran dalam satu lubang - yang tentu saja satu sama lain sangat berdekatan - bisa diduga apabila ada ketidakberesan pada sebuah organ akan menyebabkan organ yang lain terganggu. Misalnya saja kotoran yang banyak mengandung serat dan rendah kandungan airnya akan susahkeluar. Keada-an ini akan berpengaruh pada induk-induk yang sedang dikimpoikan


Warna Koi
Warna koi yang dianggap bagus adalah yang benar-benar cemerlang. Artinya Jika dalam seekor koi terdapat warna putih, maka putihnya harus benar-benar putih tanpa ada gradasi kehitam-hitaman. Demikian pula Jika pada koi terdapat warna merah, maka merahnya harus mencolok, tidak boleh kemerah-merahan. Hitam pun demikian. Inilah yang sering dipakai untuk membedakan antara koi lokal dengan harga lokalnya dibandingkan koi impor dengan harganya yang selangit. Koi lokal umumnya warnanya belum sempurna benar, lain dengan koi impor yang sudah tidak diragukan lagi.
Selain gradasi warna, bercak atau titik yang tidak "layak" tidak boleh ada. Misalnya saja pada bagian badan yang berwarna putih bersih tidak boleh ada setitik pun warna merah atau warna hitam. Masing-masing warna harus terpisah secara nyata, dan masing-masing mempunyai hidang yang berbeda. Antara warna merah, putih, hitam, dan warna lain harus terpisah dan tidak boleh bercam-pur. Bintik putih pun tidak boleh hadir pada bidang yang berwarna merah ataupun hitam. Jika kita temukan koi yang tubuhnya diselimuti selaput putih, itu merupakan pertanda bahwa koi sedang ke-dinginan.

Pola Warna Koi
Semua tanda-tanda dalam tubuh koi haruslah seimbang. Bagian putih pada mulut dan bagian ekor paling penting. Kepala yang membentuk huruf seharusnya ideal, tapi yang berbentuk unik yang sering dibutuhkan. Dua bagian yang menjadi pusat penilaian adalah bagian kepala dan bahunya dan daerah ekor. Daerah kepala dan punggung jauh lebih penting dibandingkan daerah ekor. Warna merah pada kepala harus lebar dan tegas. Garis putih pada leher sangat diharapkan sekali pada seekor Kohaku. Pada daerah ekor yang sangat diharapkan adalah warna putih yang bersih, tidak kehitam-hitaman.
Pola warna yang keiihatan berat pada daerah ini sungguh tidak diharapkan. Warna merah yang buram misalnya, sangat tidak diharapkan hadir pada daerah ini.



Kolam Untuk Koi



Ikan koi memang ikan pajangan di kolam taman. Jika koki mungkin merajai akuarium, maka koi mungkin raja ikan hias dalam kolam taman. Ibarat pohon raksasa, koi memang lebih pantas menempati kolam taman yang luas dibandingkan kerabatnya koki yang bagaikan pohon bonsai lebih pantas dalam akuarium. Tentang hal ini seorang pengusaha ikan koi di daerah Jawa Barat pernah berkomentar; Jika koi ditempatkan dalam akuarium maka yang bisa dinikmati hanyalah tubuh bagian samping saja, sedangkan kecantikan koi yang justru lebih banyak di bagian atas tubuhnya malah tidak tampak. Dengan menempatkan mereka dalam kolam taman, kita leluasa menikmati keelokan tubuhnya bukan saja bagian atas tapi juga keseluruhan tubuhnya.
Untuk bisa menikmati koi dalam kolam taman, harus kita siapkan kolam yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan koi. Artinya, kolam yang mesti kita sediakan selain memenuhi syarat teknis, juga secara estetis bisa dinikmati. Semula orang menyangka sulit mempunyai kolam koi, karena dalam pikirannya terbayang kebutuhan lahan yang harus cukup luas. Untuk kolam koi memang secara teknis menghendaki lahan yang luas, tapi Jika lahan tersebut tidak mungkin diusahakan, tentu saja masih tersedia kesempatan bagi kita yang lain untuk memenuhi keinginan kita memiliki kolam koi.

Dalam kehidupan keluarga modern kebutuhan rekreasi ditempatkan sejajar dengan kebutuhan lainnya seperti sandang, pangan dan papan. Kolam untuk koi tidak jarang menjadi bagian dalam dekorasi sebuah taman yang rekreatif. Artinya bahwa kolam untuk koi tidak sekedar hadir untuk tempat tinggal koi, tanpa memanjakan mata yang melihat-nya, tapi kehadiran kolam koi dalam sebuah taman harus menyatu dengan taman itu secara keseluruhan. Dengan demikian, tembok yang membatasi air bukan menjadi pembatas dengan lingkungannya yang merupakan tanaman, melainkan justru menjadi pengikat antara kedua media yang hadir dalam taman tersebut. Berdasarkan patokan tersebut, ben-tuk kolam taman untuk koi nantinya tidak kaku dan formal, melainkan elastis dan dapat lebur dengan lingkungan kolam secara keseluruhan.

Lokasi Kolam


Saat memilih lokasi kolam koi, kita dihadapkan berbagai pertimbangan. Dari segi teknis diharapkan lokasi kolam nantinya tidak bakal tergusur oleh bangunan Jika kita ingin mengembangkan rumah. Ini mengisyaratkan bagi kita, Jika kita masih ingin memperlebar tempat tinggal kita, kolam koi tidak boleh dibangun di dekat rumah. Jika rencana pengembangan sudah tercetak di dalam blue print (cetak biru) kita bisa lebih leluasa menentukan letaknya. Sebaliknya Jika kita sudah merasa pas dengan rumah yang ada, kolam koi bisa dibuat menempel rumah, di teras depan, serambi kanan atau kiri, bahkan di halaman belakang. Malahan ada beberapa orang yang membangun kolam koi menembus sebagian tembok rumahnya, dan koi yang berkecipak ke sana ke mari akan jelas kelihatan dari lantai kamar yang terbuat dari kaca tebal.

Jika kita memilih membangun kolam dekat rumah, atau di depan jendela kamar, kita harus siap-siap dengan risikonya. Risiko ini tidak lain adalah kelembapan yang bakal ditimbulkan oleh kolam koi ini. Oleh karena itu sangat dianjurkan membuat kolam koi setidaknya berjarak 4 meter dari rumah. Hal tersebut tentu tidak memungkinkan bagi yang memiliki sepetak rumah bertipe 27/66 m2. Bagi mereka yang rejekinya pas-pasan ini (sampai rumah pun luasnya pas-pasan), bisa menempuh risiko tersebut, dengan pertimbangan kolam yang dibuat kecil saja, sehingga kelembapan yang bakal ditimbulkannya pun tidak seberapa banyak. Berbeda tentu-nya dengan mereka yang menginginkan kolam yang luas, tentu risiko kelembapannya pun akan lebih besar.
Selain itu lokasi yang dipilih hendaknya bebas dari naungan pohon-pohonan. Bagi yang memiliki pekarangan luas, pilihlah lokasi yang tidak berada di bawah pohon yang besar. Daun-daunan yang gugur selain akan mengotori kolam yang tidak enak dilihat, juga akan menurunkan pH air kolam, sehingga koi menjadi tidak sehat. Jika tidak ada lahan lagi yang terbebas dari tanaman, maka kita harus menentukan pilihan, lebih sayang kepada pohon atau tetap akan melaksanakan keinginan kita mempunyai kolam koi.
Sebenarnya pohon tidak perlu dibabat habis, kurangi cabang dan dahan di atas lokasi kolam koi. Naungan dari kerindangan pohon tetap dibutuhkan kolam koi untuk mencegah sengatan matahari agar kolam tidak lekas berlumut. Jika bisa, usahakan lokasi terletak di sebelah timur rumah agar hanya sinar matahari saja yang menerpa di atas kolam, tidak matahari siang yang terik.
Bagi mereka yang pekarangannya hanya beberapa meter persegi, dan itu pun sudah kedahuluan pohon belimbing atau jambu air, memang tidak ada pilihan lain kecuali mencabut pohon tersebut.

Membuat Kolam Koi

Berbeda dengan koiam untuk membudidayakan ikan konsumsi, kolam koi di taman, tidak perlu di-ukur elevasinya. Kolam koi bisa dibuat seluruhnya di bawah permukaan tanah, di atas permukaan ta-nah, atau kombinasi. Tidak seperti kolam ikan konsumsi yang harus kombinasi. Ada kalanya kita perlu membuat kolam koi yang seluruhnya berada di atas tanah, karena lokasinya di samping rumah yang biasa untuk lalu-lalang orang. Kolam seperti ini tentu akan cepat kotor Jika seluruhnya di bawah permukaan tanah, maka kita ambil bentuk yang me-nonjol. Suatu saat mungkin orang ingin membangun kolam yang cukup luas pada areal taman yang sudah jadi, maka akan kelihatan kurang menarik apabila kolam ini terlalu menonjol sehingga menutupi kein-dahan bagian taman yang lain. Dalam hal ini kolam yang seluruhnya berada di bawah permukaan tanah lebih disukai. Dan tidak jarang mereka menghendaki kolam yang lebih dalam di sudut pekarangan (tamannya), sehingga mereka memendam sebagian kolamnya di dalam tanah dan sebagian lagi menonjol ke permukaan tanah. Berbagai pilihan memang harus ditentukan setelah melihat situasi dan kondisi secara keseluruhannya.

Setelah menentukan bentuk yang dikehendaki, kolam bisa dirancang di atas tanah dengan tali plastik atau slang air agar bentukan jadinya mudah kelihatan. Kemudian tanah bisa mulai digali dengan cangkul. Jika menginginkan kolam dengan dua keda-laman, bagian luar dangkal sebelah tengah lebih dalam, hendaknya direncanakan sejak awal hingga tidak merepotkan yang mengerjakan kolam. Kolam dengan dua kedalaman sangat berguna bagi koi, terutama untuk persembunyian mereka dari panas yang terlalu terik.

Bahan baku pembuat kolam hendaknya di-gunakan batu bata. Dengan bentuknya yang kecil batu bata bisa dibuat sangat fleksibel sesuai keingin-an kita. Berbeda dengan batako yang berukuran besar yang menyulitkan kita Jika menginginkan bentuk berlekuk-lekuk. Pada dasar kolam bisa dipasang bata atau dicor. Namun, sebelum itu semua hendaknya sedari awal ditentukan di mana letak pintu pembuangan dan pemasukan air. Pintu pembuangan bagi kolam yang dibangun seluruhnya di dalam tanah, memang tidak mungkin dibuat. Untuk seluruh kolam harus dipikirkan sirkulasi airnya. Artinya Jika kita menghendaki kolam berair terjun atau ber-air mancur sudah harus dipikirkan di mana letak pompa, filter air, dan bagian yang bakal dibuat ter-juannya. Oleh karenanya, sekali lagi sangat penting bagi kita untuk menuangkan angan-angan dan ke-inginan kita ke dalam gambar yang rinci. Jangan sampai kita masih harus membongkar pasang ketika bangunan sudah selesai. Ketika bangunan sudah rapi dan kita lupa membuat sebuah lubang maka tentu akan menambah pekerjaan, karena kita juga harus membuat saluran yang berhubungan dengan lubang itu.

Permukaan kolam hendaknya Jangan dibuat licin seperti kita membuat rumah, karena akan menyulitkan lumut tumbuh. Dengan melapisi semen (mengaci) agak kasar, kita berharap justru kolam akan menjadi licin dan nyaman bagi ikan karena adanya lapisan lumut yang ada di permukaannya. Pengerjaan bagian atas kolam tidak selalu harus di-selesaikan dengan bata juga, tapi bisa dipakai batu-batuan yang mempunyai bentuk artistik dan (Jika mungkin) antik. Karena kolam tidak mungkin hadir sendirian dalam taman, sediakan juga ruangan untuk tempat menanam tanaman. Di latar belakang kolam lebih cocok untuk tanaman karena tidak menghalangi pandangan.

Bentuk Kolam Ikan Koi


Bentuk kolam untuk koi memang bisa dibuat macam-macam asal tetap disesuaikan dengan luas tanah yang tersedia. Pada prinsipnya ada dua corak/ tipe kolam koi yang umum yaitu formal (resmi) dan non formal (tidak resmi). Tipe kolam yang terakhir biasanya bentuknya lebih fleksibel dibandingkan bentuk yang pertama yang rata-rata serba simetris, geometris, misalnya bundar, persegi panjang, atau bujur sangkar. Bentuk kolam resmi ini biasanya akan terasa terpisah dengan lingkungan sekitarnya, karena memberikan kesan yang serba

"teratur" dan "disiplin". Padahal maksud kita membuat kolam adalah untuk membantu kita melepaskan ketegang-an dan memberi hiburan pada kita. Jika toh yang kita temukan kesan formal, yang serba teratur tentu ibarat lolos dari mulut macan jatuh ke mulut buaya, Berbeda dengan kesan yang ditimbulkan oleh kolam formal, pada kolam non formal kita akan menemu-kan kesan tenang, menyatu dengan sekitar kita, dan menyejukkan. Kalau toh dibangun dekat rumah, kolam terasa bukan merupakan bagian lain dari rumah, yang jelas bentuknya mendekati formal (serba geometris dan simetris), tapi merupakan peleng-kap, kalau tidak boleh disebut hiasan, untuk meng-hilangkan kesan kaku dan baku pada bentuk rumah. Bentuk formal bukannya tidak perlu pada kolam taman. Kolam formal mempunyai kelebihan, yaitu mudah dikerjakan dan lebih kuat. Berbeda dengan kolam non formal yang bentuknya tidak baku, sering kita memberi adonan yang tidak sama rata untuk setiap bagian kolam. Oleh karena itu ba-nyak yang kemudian menggabungkan kedua bentuk itu. Artinya pada bagian dalam kolam dibentuk sedikit formal (agak lonjong atau agak persegi panjang) kemudian pada bagian luarnya (atasnya) diberi beberapa penekanan sesuai dengan selera kita. Kalau toh mereka ingin memilih bentuk formal, berhu-bung tanah yang tersedia memang mengharuskan mereka untuk memilih itu, kesan formal bisa dihi-langkan dengan membuat kolam dalam bentuk formal tidak lengkap. Sebagai misal tanah yang tersedia di pojok rumah seluas 4 meter persegi (bentuk bujur sangkar tanahnya) mereka bisa membuat kolam 3/4 lingkaran atau 1/2 lingkaran.

Kolam taman, baik yang resmi maupun yang tidak resmi, bisa tampil dalam berbagai wajah. Anta-ra yang satu dengan lainnya memang tidak diharam-kan untuk digabung, dan tidak pula mengecewakan bila tampil secara pribadi. Aneka bentuk kolam koi yang bisa dipilih.

Kolam berbentuk bundar. Kombinasi kolam di atas permukaan tanah dan di bawah tanah.

Kolam simetris di atas permukaan tanah.

Kolam setengah bundar. Dibawah permukaan tanah (atas) dan di atas permukaan tanah (bawah).


Kolam taman bisa tampil dengan tiga rupa, yaitu kolam taman apa adanya tanpa diiringi irama geme-ricik air, kolam taman dengan iringan musik air yang ditimbulkan air mancur di tengah kolam, dan yang terakhir kolam taman dengan iringan kecipak dan sejuknya air terjun. Bagi mereka yang menyukai ke-tenangan tentu kolam yang tenang tanpa kecipak air yang dikehendaki, sedangkan yang suka akan suasa-na alam dan menginginkan suasana alami kolam tipe terakhir yang dilengkapi air terjun yang lebih di-sukai. Berbeda dengan mereka yang mempunyai bibit-bibit aristrokasi dalam dirinya, tentu lebih menyukai kolam dengan air mancur di tengahnya.

Ketiga rupa kolam taman tersebut bukanlah harga mati yang tidak bisa dikutak-katik lagi. Dengan kata lain, bukan tidak mungkin kita memilih bentuk kolam lain yang tak kalah eksotiknya. Misalnya saja kolam dengan aliran air pada salah satu sisi-nya yang mengesankan koi berada di dalam ling-kungan perairan yang mengalir. Bisa juga aliran air ini ada di bagian tengah kolam, yang mengesankan koi berada dalam perairan yang menggelegak, me-j nakjubkan.

Variasi penampilan kolam memang bisa seribu muka. Seperti misalnya kita memilih air terjun lang-sung tanpa melewati tebing buatan yang mengesankan suasana perbukitan atau pegunungan. Dan untuk menutupi kekakuan ini. kita pasang kincirair yang bisa mengalunkan musik ketika berputar tertimpa aliran air ini. Yang harus kita ingat bahwa pilihan kita itu harus tetap kembali pada kondisi kolam itu sendiri, berapa besar dan di mana letak-nya. Kita tidak mungkin membuat pancuran air atau air mancur pada kolam kecil yang terletak di depan jendela kita. Kolam kecil di depan jendela atau di serambi hanya cocok tanpa perlengkapan rnacam-macam. Tiupan angin pada air yang memancar ke atas bisa bikin repot. Bila lokasi memungkinkan, kita bisa memvariasi bentuk dengan membuat kolam besar dan kecil. Kolam kecil untuk keluarnya air hingga luber ke arah kolam besar yang berisi ikan, yang sudah pasti akan mengingatkan kita pada suasana mata air (belik) di pinggir-pinggir sungai di Jawa.



Sisi Bisnis Koi

Ikan koi sebenarnya bukan barang baru di Indonesia. Hanya saja waktu itu koi kalah populer di-bandingkan maskoki. Keduanya sebenarnya masih merupakan kerabat karena termasuk dalam famili Cyprinidae. Koi (Cyprinus carpioj berkumis, sedang-kan maskoki yang asli bentuknya mirip koi hanya tanpa kumis, yaitu Carassius auratus.

Meski sekarang koi sudah mulai populer, tapi tidak semua hobiis paham akan ikan cantik ini. Sebab tidak jarang mereka terkecoh dengan ikan mas lauk yang berwarna. Memang repot, karena antara ikan mas lauk dan koi kedua-duanya dari spe-sies Cyprinus carpio. Dan mungkin tidak bisa terlalu disalahkan benar apabila para hobiis (terutama pemula) menganggap bahwa koi adalah ikan mas lauk yang berwarna.

Bahkan penulis pernah melihat sendiri seorang pedagang ikan hias menawarkan seekor ikan mas lauk seberat kurang lebih 1,5 kg dengan harga seekor koi betulan, Rp 70.000,- seekor! Mungkin si pedagang hanya berspekulasi dalam usahanya. Andai si pembeli mengetahui betul tentang ikan koi, ke-jadian serupa itu tidak bakal terjadi. Kalau toh si pembeli tetap bernafsu membeli ikan mas lauk ber-warna ini, tentunya tidak perlu dengan harga se-mahal itu.

Kita harus jujur bahwa dewasa ini ada perbedaan yang mencolok antara koi impor dan koi lokal, dan kita harus menerima kenyataan itu! Adanya upaya segelintir orang untuk memanfaatkan kesempatan karena ketidakmengertian hobiis, memang patut di-sayangkan. Karena upaya yang tidak bertanggung jawab ini pada akhirnya akan menjerumuskan para pedagang sendiri. Artinya, apabila sekarang para hobiis bisa dibodohi karena tidak mengerti tentang kualitas koi, pada saat mereka nanti paham, mereka akan menolak mentah-mentah koi lokal yang jauh beda dengan koi impor. Namun, apabila sedari awal mereka sudah diberitahu bahwa koi lokal bisa dibeli dengan harga yang lebih murah dibandingkan koi impor, maka penulis yakin bahwa koi lokal bakal dapat tempat di samping koi impor yang memang sudah tidak diragukan lagi kecantikannya. Terlebih lagi apabila langkah ini diikuti dengan upaya me-ningkatkan kualitas koi lokal, maka tak syak lagi "pasar bersama" antara koi lokal dan koi impor bukanlah mimpi di siang bolong.

Lebih menyedihkan lagi, tidak jarang seseorang mengaku menjual koi lokal, yang ternyata mereka hanya mengumpulkan ikan mas biasa yang berwarna di antara sekumpulan ikan mas "buangan" yang akan digunakan untuk makanan ikan. Sebuah usaha yang cerdik ini tentu saja makin menyudutkan koi lokal atau secara telak menghantam petani yang menspesialisasikan usahanya pada pembudidayaan ikan koi.

Langkah-langkah memang masih terayun, baik mereka yang memanipulasi koi ataupun para petani yang berkutat dengan upaya meningkatkan kualitas koi. Yang jadi masalah kemudian, Jangan sampai para hobiis yang menjadi konsumen koi menjadi korban bertubi-tubi. Untuk itu tidak ada jalan lain kecuali membuka "kartu" selebar-lebarnya dengan segala sesuatu yang menyangkut ikan koi. Minimnya informasi tentang koi memang merupakan salah satu penunjang para oportunis memanfaatkan peluang dengan kecerdikannya. Dan minimnya informasi yang layak dipertanggungjawabkan memang men-jadi kendala dalam mengembangkan kualitas koi. Informasi yang diharapkan tentu saja yang berasal dari negara-negara penghasil koi berkualitas tinggi seperti Jepang. Hal ini pulalah yang kemudian mem-buat kecut para peminat yang berkeinginan berke-cimpung dalam bisnis koi. Alhasil, koi hanya men-jadi komoditi yang diusahakan oleh orang "itu-itu" saja.

Dengan menyajikan informasi yang selengkap mungkin, buku ini mencoba mengajak para peminat usaha koi, hobiis dan mungkin para cerdik pandai untuk turut serius memikirkan perkembangan koi di masa datang. Haruskah kita puas dengan hanya membesarkan koi impor yang memang kuahtasnya tidak diragukan lagi, ataukah kita mencoba bangkit mengembangkan koi lokal kita, atau mungkin meng-adaptasikan koi impor, dan kemudian membudi-dayakannya sebagus kualitas induknya. Semua itu hanya akan terwujud apabila kita mengerti betul apa sebenarnya yang dimaksud dengan koi, kelebihan-nya, kriteria penilaian atas dirinya dan yang lebih penting adalah membudidayakannya dan mengeta-hui jenis makanan apa yang harus diberikan untuk-

Semua caranya hampir sama, kecuali yang sudah kita sebutkan di atas yaitu penyeleksian dan pem-berian pakan. Makanan koi harus diperhatikan benar. Perhatian terhadap makanan ini bisa mem-batasi model pengusahaan koi. Sebagai misal koi kurang bagus apabila dipeJihara dalam keramba yang makanannya sulit dikontrol. Untuk koi yang se-adanya, mungkin hal ini tidaklah menjadi masalah benar, tapi untuk yang ingin mengusahakan koi se-cara serius mungkin pemeliharaan koi dalam jaring terapung lebih memberi prospek yang cerah. Dalam penyeleksian pun agak berbeda. Kalau ikan mas lauk sekedar dipilih yang bongsor, maka koi harus ditambah sekian persyaratan lagi.

Tips Memilih Ikan Koi

1. Luangkan waktu yang cukup untuk memperhatikan cara berenang koi yang menjadi pilihan. Gerakannya harus mulus, tidak tersendat-sendat
Gerakan insangnya bergerak secara perlahan dan teratur dengan kedua belah katup insang harus dekat dengan badannya.
Hindari membeli koi dengan kulit kemerah-merahan, titik putih, sisik-sisiknya berdiri, matanya buram, sitip yang membusuk, ada benjolan di kepala dan katup insangnya. Mintalah pada penjual untuk menaruh ikan yang terpilih ke tempat yang dangkal (bak) sehingga bisa diperiksa secara teliti dengan jarak dekat.

2. Tanyakan kelebihan dan kekurangan ikan yang terpilih.

3. Tanyakan jenis ikan koi yang dipilih itu.

4. Jangan mengevaluasi kekurangan-kekurangannya saja.

5. Perlu diketahui segi-segi yang harus diperhatikannya.
Bentuk badan baik.
Pola warna seimbang dengan KIWA yang tajam.
Warna jernih merata.
Gaya berenangnya luas.

Dalam kolam yang memiliki sistem filter yang baik, warna ikan koi akan menjadi indah. Perlu diingat lingkungan kolam dapat merubah kondisi ikan koi, karena ikan koi akan kehilangan warna-warninya dalam 6 bulan oleh kondisi air yang tidak baik. Sayang bila kita membeli ikan koi yang mahal dan indah berubah warna.

Tips Memilih Pakan Koi

Postur badan yang bagus serta kecemerlangan warna koi sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan. Kandungan gizi harus seimbangdan bebas bahan kimia beracun.
Pakan ikan koi sangat banyak merknya dan harganya pun bervariasi. Saat ini pakan koi yang berada di Indonesia masih didominasi oleh produk luar negeri. Maka, tidak heran lagi jika harganya jadi mahal.
Mengingat harganya yang mahal maka, supaya tidak kecewa Anda harus teliti sewaktu memilih. Jangan terkecoh oleh merk atau bungkus. Simak komposisi kandungan nutrisi yang tertera di kemasan, sifat fisik, spesifikasi, serta kondisi kemasan.

Bebas zat berbahaya
Menurut Budi Widjaja staf peneliti dan pengembangan Asosiasi Pecinta Koi Indonesia (APKI) pakan koi yang cepat basi justru memiliki kandungan zat pengawet yang rendah. Umumnya pakan seperti ini dibungkus menggunakan kemasan kedap udara. Tujuannya agar tidak mudah terkontaminasi bakteri. Selain itu pakan yang banyak mengandung bahan pengawet umumnya nampak mengkilat. Bila Anda cermati permukaan pakan tersebut terdapat lapisan yang menyerupai lilin.
Zat berbahaya lain yang harus diwaspadai yaitu pewarna. Pakan pemacu warna tidak harus selalu berwarna merah. Sebaiknya Anda tidak usah terlalu banyak menyuguhkan pakan pemacu warna. Sebab jika koi terlampau banyak mengkonsumsi beta karotin dan axasantin bisa mengalami kerusakan hati.
Pakan yang baik tidak menimbulkan kekeruhan air dalam kolam. Biasanya pakan buatan yang banyak mengandung bahan zat pewarna akan mengakibatkan air dalam kolam jadi keruh. Hal yang harus diperhatikan sewaktu memilih pakan yaitu, pakan tersebut harus disukai ikan. Sesuaikanlah ukuran butiran pelet dengan ukuran koi yang Anda pelihara. Sebab koi enggan menyantap pakan yang Anda berikan jika ukurannya terlampau besar.
Pilihlah bentuk pakan yang mengapung (floating food). Umumnya koi lebih suka menganyang pakan yang mengapung. Selain itu berkat pakan tersebut Anda lebih mudah melakukan kotrol kebutuhan pakan koi. Sebab jika ada sisa pakan mengapung di kolam menandakan koi sudah kenyang.

Sarat kandungan gizi
Selain harus bebas dari zat berbahaya, pakan koi juga harus sarat dengan gizi. “Kita tidak boleh tergantung pada satu merk pakan. Sebab suatu jenis pakan tidak mungkin bisa memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan Koi”, tegas Budi saat ditemui dalam rapat persiapan bursa koi 2005 di Riser Cibinong. Kandungan nutrisi baru bisa dipenuhi dengan jalan mengoplos berbagai merk pakan koi. Semisal Hoki, Nozomi, dan Hikari.
Agar komposisi campuran bisa pas maka, Anda harus mengetahui spesifikasi pakan koi. Di pasaran ada dua jenis spesifikasi pakan koi. Yaitu pakan yang berfungsi untuk “mengecat” tubuh koi supaya semakin kinclong dan pakan yang berguna untuk pembesaran. Pilihlah pakan koi klasifikasi pembesaran yang memiliki kandungan lemak rendah (low fat) namun memiliki kandungan protein yang banyak.
Selain pakan buatan, Anda juga bisa memberikan menu alami. Dengan jalan ini kebutuhan gizi koi bisa terpenuhi. Pakan alami banyak mengandung serat. Sedangkan kandungan serat dalam pakan buatan itu sangat sedikit. Serat sangat diperlukan untuk membantu melancarkan pencernaan koi. Berbagai jenis pakan alami yang bisa Anda suguhkan kepada koi yaitu selada air, jeruk, tomat, cacing, kepompong ulat sutera, lumut dan udang. Santapan alami tersebut cukup diberikan seminggu sekali saja.
Pakan buatan yang berkualitas biasanya bila terkena air akan mengambang dan pecah. Pelet seperti ini tidak membahayakan pencernaan ikan, karena pelet tersebut bersifat lebih mudah dicerna bila dibandingkan dengan pelet yang sulit pecah. Akibatnya, kandungan gizi dalam pelet yang mudah pecah mudah pula untuk diserap oleh pencernaan ikan.


Rahasia Perawatan Koi Baru

Seringkali terjadi dikolam para hobbyist (pemula), koi yang baru masuk kekolam, mati dalam beberapa hari. Bahkan yang lebih menyedihkan adalah koi lainnya menjadi sakit dan akhirnya mati semua. Mengapa dan bagaimana sulusinya ?

1. Koi stress dalam kantong beroksigen
Koi yang baru dibeli biasanya dibawa dengan dimasukkan dalam kantong plastik beroksigen. Dalam kondisi seperti itu bisa dipastikan bahwa koi dalam keadaan stress. Bagaimana tidak, dengan ruang yang teramat sempit dalam kantong, koi nyaris tidak dapat bergerak. Hal yang biasa terjadi bila koi meronta-ronta, dan hal yang biasa pula cara tsb digunakan untuk memindahkan koi.

2. Koi Stress rentan terhadap penyakit.
Sebagaimana manusia, koi juga memiliki ketahanan tubuh. Bila koi dalam keadaan sehat (fit), maka penyakit tidak mudah menyerang. Tetapi bila koi stress, maka akan mengurangi daya tahan tubuhnya dan sangat mudah terkena infeksi. Oleh karena itu yang harus diupayakan adalah menjaga agar koi tidak stress, atau minimal dengan mengkondisikan agar koi segera terlepas dari stress.

3. Menyingkat waktu transportasi koi.
Mengingat koi dalam kantong beroksigen dalam kondisi stress, maka sebisa mungkin, jangan terlalu lama membiarkan koi dalam kantong. Begitu sampai, segera lakukan tindakan untuk melepas koi.

4. Melepas koi dari dalam kantong.
Seperti kita ketahui baik dari nasihat lisan maupun informasi tertulis lainnya, melepas koi dari kantong perlu beberapa langkah antara lain, meletakkan koi masih dalam ikatan kantong diatas air kolam dan membiarkannya beberapa saat (lebih kurang 15-30 menit). Maksudnya untuk menyamakan suhu air didalam kantong dengan dikolam. Setelah itu buka kantong, dan rasakan suhu air didalam kantong dengan tangan, apakah telah relatip sama dengan suhu air dikolam. Bila dirasa suhunya sama maka tambahankan air kolam ke dalam kantong hingga penuh dan biarkan koi keluar dengan sendirinya. Cara tersebut sudah biasa dilakukan untuk menghindari perubahan kondisi air yang mendadak. Tetapi pertanyaannya adalah apakah dengan langkah-langkah tersebut sudah cukup menjamin kenyamanan bagi koi yang baru masuk kolam ? Jawabannya TIDAK. Mengapa demikian ?

5. Setiap kolam koi punya kualitas air yang berbeda.
Tidak ada satupun kolam koi yang sama persis kualitas airnya dengan kolam lain apalagi berbeda lokasi/tempat.
Kualitas air kolam di lokasi dealer, tentu berbeda dengan di kolam anda. Bila perbedaannya cukup significant, pastilah koi baru akan makin bertambah stress.
Tidak mungkin anda melakukan test air di kolam dealer setiap anda akan membeli koi. Apalagi bila kolam anda tidak dilengkapi dengan sistem filter yang memadai. Lalu apakah dengan adanya perbedaan kualitas air tersebut, kita tidak akan membeli koi selamanya? Jawabannya tentu saja TIDAK. Yang pasti, anda harus memahami hal ini. Bagaimana solusinya ?

6. Koi baru perlu proses karantina.
Tidak ada yang bisa menjamin koi yang baru anda beli, akan tetap hidup dikolam anda. Tetapi ada langkah2 yang bisa dilakukan untuk menekan kematian koi baru, yaitu dengan melalui proses karantina. Bolah saja bila ada yang menyatakan bahwa koi yang baru dibelinya sehat-sehat saja, tanpa harus dikarantina. Bagi saya itu adalah kasus yang kebetulan saja. Artinya tidak setiap hobbyist bisa melakukannya. Mungkin karena telah berpengalaman, atau kondisi kolamnya telah dilengkapi dengan system filter yang baik, atau memang koinya benar2 sehat yang berasal dari kolam dealer yang baik pula. Tapi saya yakin bila tidak berhati-hati dalam memperlakukannya, koi baru bisa menimbulkan masalah.

Karantina Koi.

Mengapa diperlukan ?

a. Karantina koi diperlukan pada kondisi :
- Koi baru, maksudnya baru beli atau baru datang dan akan
dimasukkan ke kolam.
- Koi sakit.
- Kolam sedang direnovasi

b. Tempat karantina Koi :

a. Bila koi sedang sakit, maka sebaiknya pergunakan Aquarium
untuk karantina. Aquarium sangat efektip dipergunakan oleh karena
kondisi phisik koi dapat dipantau dengan jelas. Apabila ada luka
dapat terpantau perkembangannya.

b. Untuk karantina koi baru, bisa dipergunakan bak fibre/semen
apabila aquarium terlalu sempit. Kecuali koi sakit sebaiknya di
aquarium.

c. Luas aquarium sebaiknya :
- Panjang minimal 3 x panjang koi
- Lebar minimal 1x panjang koi
- Tinggi air 1 x panjang koi
- Jangan terlalu luas. Justru karantina digunakan untuk
efektipitas pemantauan, pengobatan dan pengkondisian koi.

d. Tempat karantina tidak perlu di buatkan filter. Mengapa ?
Kita coba analisis, Filter diperlukan untuk menjaga kualitas air
bukan ? Nah bila air yang digunakan dalam kondisi baik, buat apa
filter ? Justru filter adalah tempat tertimbunnya kotoran dan bahkan
tempat bersembunyinya penyakit. Berarti dengan menggunakan filter
sama saja dengan memelihara kotoran dan penyakit bukan ?! Apakah air
selama digunakan untuk karantina akan terjaga kualitasnya tetap
baik ? Tentu saja tidak. Oleh karena itu air tetap harus diganti
tetapi dengan cara yang benar. Bagaimana caranya ?

e. Rahasia air untuk karantina koi.
- Perhatian !! Air yang digunakan untuk karantina adalah
diambil dari air dimana sebelumnya koi berada !! Bila koi diangkat
dari kolam, air diambil dari kolam tersebut. Mengapa demikian ?
Ingat prinsip perawatan koi (simak artikel lainnya di GILA_KOI
tentang prinsip perawatan koi). Air adalah media kehidupan koi.
Tidaklah mungkin mendapatkan air yang sama persis kualitasnya dari
sumber yang berbeda. Sedangkan koi sakit bila dipindahkan pada air
yang berbeda kualitasnya, maka jangan ditanya lagi, koi akan
bertambah menderita. Biarlah untuk perawatan pertama dan sementara,
air diambil dari mana koi sebelumnya berada, meski airnya keruh
sekalipun. Secara bertahap, air diganti dan kualitas air diperbaiki
menuju ke kualitas prima yang diperlukan koi.

- Jangan terlalu sering mengganti air. Penggatian air minimal
sehari berikutnya, itupun disesuaikan dengan kondisi koi. Jadi yang
penting adalah sedapat mungkin koi tidak merasakan perubahan yang
menyolok atas kualitas air yang ada.

- Tempat karantina tidak perlu di buatkan filter. Mengapa ?
Kita coba analisis, Filter diperlukan untuk menjaga kualitas air
bukan ? Nah bila air yang digunakan dalam kondisi baik, buat apa
filter ? Justru filter adalah tempat tertimbunnya kotoran dan bahkan
tempat bersembunyinya penyakit. Berarti dengan menggunakan filter
sama saja dengan memelihara kotoran dan penyakit bukan ?! Apakah air
selama digunakan untuk karantina akan terjaga kualitasnya tetap
baik ? Tentu saja tidak. Oleh karena itu air tetap harus diganti
tetapi dengan cara yang benar.

Sumber : milis ikan-koi


Koi bagi pemula

1. Bagi pemula, luangkan waktu sedikit untuk mengontrol filter air kolam.
2. Bersihkan pula filter 3 bulan sekali agar sirkulasi air tetap lancar.
3. Jaga pula saluran-saluran airnya.
4. Jaga selalu kebersihan kolam.
5. Beri pakan secukupnya, jangan berlebihan karena bisa menyebabkan kolam kotor.
6. Jangan terlalu banyak memasukkan ikan koi ke dalam kolam (sesuaikan dengan ukuran kolam).
7. Cepat angkat koi yang sakit agar tidak menular ke ikan lain.
8. Jangan malu berkonsultasi dengan pakar jika menemui kesulitan dalam pemeliharaan.
9. Kwalitas air dijaga dan setiap hari diganti sepuluh persen. Air jangan dikuras habis karena akan membuat ikan Koi mati.
10. Berikan makanan yang berkualitas yang dapat dibeli di toko-toko penjual makanan ikan. Bisa diberi makanan selingan seperti sayur kangkung dan kol.
11. Di kolam atau akuarium, harus diberi pompa untuk membuat arus air dan filter untuk menyaring kotoran.
12. Ukuran standar kolam 1,5-2 m dengan kedalaman itu persediaan oksigen lebih banyak dan temperatur lebih stabil.
13. Temperatur yang diinginkan 20-250C.
14. Yang paling penting, sebagai penggemar harus meluangkan waktu untuk merawatnya.

Pemijahan Ikan Koi Secara Alami

Persiapan Tempat Pemijahan
Tempat pemijahan adalah kolam terbuat dari semen atau fiber glass yang telah dibersihkan dan disucihamakan (de Persiapan Tempat Pemijahan (dengan PK dan atau garam ikan). Isi air dengan kedalaman antara 30 cm s/d 60 cm. Kedalaman air ditentukan oleh besar kecilnya induk koi. Ukur kadar garam, pH, suhu, kesadahan dan kadar oksigen terlarut.

Kadar Garam terlarut berkisar minimum 1/10% dan maksimum 1%. Satu liter air minimum 1 gram dan maksimum 10 gram.
pH air berkisar: 5.5 s/d 7.5
Kesadahan / Salinitas / Kekentalan air diukur dengan derajat dH atau degress of German Hardness, berki sar 50 derajat dH s/d 200 derajat dH.
Kadar Oksigen normalnya 4 ppp.
Suhu air berkisar 10 derajat C s/d 30 derajat C.
Persiapan Pemilihan dan Karantina Induk
Umur minimal 24 bulan dan ukuran minimal 35 cm. Induk jantan bila dilihat dengan mata akan terlihat relatif lebih panjang dan perutnya tidak buncit. Sirip depan kasar dan lebih lincah. Induk betina bila dilihat dengan mata akan terlihat pendek dan buncit perutnya, gerakan lamban dan sirip depan halus. Perut induk betina bagian bawah bila dipegang cenderung lunak/empuk itu pertanda induk tersebut siap bertelur. Siapkan 1 ekor induk betina dan 3 - 5 ekor induk jantan dengan perbandingan berat 1 : 3. Induk jantan dan betina dipisah/dikarantina (tanpa dicampur dengan ikan lain). Induk jantan tidak perlu diberi makan selama karantina, sedang induk betina diberi makan seperti biasa.

Pemijahan/Pencampuran Induk Jantan & Betina
Setelah dikarantina selama 3 hari 3 malam (3 X 24 jam) maka induk jantan dan induk betina dicampur dalam kolam pemijahan yang telah disiapkan. Pencampuran induk tersebut biasanya dilakukan antara jam 16.00 s/d 18.00 sore hari. Kolam pemijahan ditutup dengan Jala agar ikan tidak lompat keluar kolam dan dibiarkan sampai besok paginya.

Pengangkatan Induk dari Kolam
Sekitar jam 05.00 pagi hari, periksa ijuknya. Bila ada telurnya, segera angkat induk jantan dan betinanya. Bila belum ada telurnya, biasanya dikarenakan induk betinanya belum siap dipijah. Lakukan ulang/diulang prosedur : Persiapan, Pemilihan & Karantina Induk.

Pemeliharaan dan Penetasan Telur
Setelah induk jantan dan betina diangkat, biarkan saja kolam pemijahan tersebut selama 3 hari 3 malam. Selelah 3 hari 3 malam, telur akan dinyatakan menetas semua. Setelah menetas, jangan diberi makan selama 4 hari 4 malam. Air jangan diganti, tetapi ditambah. Lakukan penambahan air bila air surut, tidak perlu diberi semburan air/aerasi.

Pemberian pakan
Pemberian pakan dilakukan setelah induk diangkat ditambah 7 hari 7 malam, atau setelah 4 hari 4 malam telur dinyatakan menetas semua. Pakan yang diberikan sebaiknya adalah cacing darah. Pemberian pakan idealnya 5 kali sehari (jam 05.00, jam 09.00, jam 13.00, jam 17.00 dam jam 21.00)

Pemeliharaan Burayak
Kedalaman kolam minimal 30 cm dan maksimal 60 cm. Air jangan diganti, tetapi ditambah. Lakukan penambahan air bam setiap hari 10% s/d 30% dari volume yang ada dan tambahkan air baru bila air surut, tidak perlu diberi semburan air serasi.

Pemberian pakan harus sering dilakukan, bila perlu siang dan malam. Bila habis diberi lagi (tapi jangan berlebihan). Pakan yang diberikan adalah cacing darah dan perlu diingat, jangan memberikan pakan berlebihan.

Sumber : Majalah Demersal


Yang harus diperhatikan ketika membeli koi

Beberapa hal lain yang harus pula diperhatikan ketika membeli koi adalah :

1. Warna koi akan dipengaruhi oleh sinar atau cahaya yang jatuh ke permukaan badannya. Warna alami ataupun warna buatan akan mem-pengaruhi warna asli yang bakal terpantul dari permukaan badannya. Jika kita membeli koi, Jangan memilih koi yang berada di dalam ruang-an dengan cahaya buatan, karena warna koi yang asli akan tertutup dengan cahaya buatan ini. Paling bagus adalah melihat koi dalam ruangan terbuka di bawah cahaya matahari.

2. Beberapa koi akan pudar warnanya pada musim I panas. Jika membeli ikan yang warnanya mencolok, waktu musim panas adalah yang paling bagus. Musim panas sering diidentikkan dengan masa pertumbuhan, yang tentunya akan mem-pengaruhi terhadap kecerahan warna badannya. Jenis Ogon yang bagus adalah yang berwarna keemasan, dan Jika warnanya kehitam-hitam-an hendaknya tidak perlu dipilih. Jika kita temukan koi yang agak pudar, tapi oleh peda-gangnya diberi jaminan bahwa warnanya akan pulih kembali dengan perawatan yang intensif, ambillah koi tersebut. Namun Jika tidak ada jaminan dari.pedagangnya, Sebaiknya tidak di-ambil.
Berkaitan dengan poin kedua di atas, maka sangat penting mengetahui secara pasti pedagang koi langganan kita. Jangan membeli koi pada pedagang yang tidak bisa dipercaya, dan Sebaiknya kita mempunyai tempat langganan untuk membeli segala kebutuhan koi. Untuk mengetahui kebonafidan pedagang yang dimaksud, caranya mudah. Apabila si pedagang dengan fasih mampu memberi pertimbangan-pertim-bangan tentang koi dengan jawaban yang me-muaskan kita, sedikitnya kita lantas tahu bahwa si pedagang paham tentang koi.
Masih berkaitan dengan poin keempat, perhati-kan tempat berdagang mereka. Jika tempat untuk memajang ikan koi bersih dan sirkulasi air-nya lancar, maka kita boleh berharap bahwa kita bakal mendapatkan koi yang sehat. Sebaliknya Jika tempatnya kotor dan banyak sisa endapan, maka bisa jadi koi yang ada di dalamnya tidak sehat. Sebaiknya carilah tempat lain yang lebih bersih.


Beda Koi Import dengan Koi Local

Koi Local:

- mulut agak ke depan
- proporsi antara badan dan kepala agak berbeda dengan koi jepang (kalau masih kecil susah dibedakan, seperti yang sudah diterangkan sebelumnya)
- pertumbuhan badan agak kecil (beberapa penjual sudah menjual Jumbo Tosai -ikan berumur kurang dari 1 thn- ukuran cukup besar. Saya beli beberapa, tapi sampe sekarang pertumbuhannya tidak sesignifikan koi jepang)
- pada ukuran 25-50cm warnanya bagus, tapi koi saya yang berukuran lebih dari itu agak pudar warnanya. Padahal makanan yang digunakan sama. (ini agak subyektif, karena berdasarkan pengalaman pribadi bukan research)
- untuk lomba ukuran 18-45cm ikan lokal bisa bersaing dengan ikan jepang. Untuk diatas itu... bisa tapi sangat jarang. Biasanya kalah pada penilaian struktur body.

Koi Jepun:
- mulut agak ke bawah
- rata-rata proporsional badannya karena sudah melalui proses QC yang panjang dari Jepangnya (kalau mau beli, sebaiknya dari penjual yang memiliki reputasi baik)
- ukuran tubuh bisa menjadi besar (ada beberapa karakter yang bisa jadi indikasi saat pilih ikan)

Saya tidak bilang bahwa ikan jepang lebih baik dari yang lokal, they are just like Levi's and Armani, Lee Cooper, or Tira Jeans. Atau kalau komparasinya motor, seperti; Harley Davidson dan Honda, atau Suzuki, atau Yamaha. Tiap orang punya preferensi dan tujuan sendiri. But for me... i prefer to take the original one.

Ini juga tergantung tujuan pemeliharaan,
- Kalau mau sekedar memelihara saja di kolam rumah, ikan lokal yang dijual dipasaran cukup ekonomis.
- kalau mau ikut kontes ikan lokal, koi blitar grade super dan A bisa dipelihara. Tapi harganya juga tidak murah, sama saja dengan koi jepang. Tosai bisa sampe 1-6 jt.
- kalau mau memelihara di rumah tapi sering baca majalah & Buku Koi, sebaiknya Koi Jepang. Karena buntut-buntutnya pasti ke sana.

source from www.koi.com