Senin, 05 Juli 2010

Artikel tentang Koi

KOI: PENGHASIL AMONIA

Koi menghasilkan amonia dari proses metabolisma mereka. Koi sering disebut sebagai mesin penghasil amonia karena banyaknya kotoran yang dihasilkan dari sisa makanan mereka. Amonia ini dihasilkan dari:
1. Respirasi koi menghasilkan amonia lewat insangnya
2. Proses pencernaan lewat: Urin dan kotoran
3. Sisa-sisa makanan terurai menjadi beberapa bahan kimia termasuk amonia
4. Endapan kolam yang terdiri dari kotoran ikan, daun yang membusuk dan bangkai organisma lainnya.

Kita bisa menghitung amonia yang dihasilkan dari pakan dengan membuat beberapa asumsi:
1. Kita hanya memberi makan Koi kita secukupnya sehingga kadar amonia yang dihasilkan jumlahnya kurang lebih tetap setiap hari. Bila kita tahu berapa banyak pakan yang kita berikan setiap hari maka kita dapat menghitung kadar amonia di kolam kita dengan lebih mudah.
2. Seperti yang sudah kita ketahui, Koi memerlukan pakan sekitar 1% hingga 2% dari berat badannya. Tetapi perhitungan yang kita buat harus berdasarkan berat sebenarnya atau banyaknya pakan yang kita berikan setiap hari.
3. Kandungan protein pada pakan Koi pada umumnya adalah sekitar 36%, tetapi kadang bisa mencapai 40%.
4. Sedangkan diketahui kandungan nitrogen pada protein adalah 16%.
5. Jadi dengan mengalikan berat pakan yang kita berikan dengan % protein, kemudian mengalikannya lagi dengan % Nitrogen dalam protein, kita akan mengetahui berat atom Nitrogen yang ada dalam air kolam kita.
6. Bila kita mengetahui volume air kolam, kita dapat menghitung ppm dari Nitrogen.
7. Beberapa perhitungan berdasarkan asumsi di atas pada kebanyakan Kolam Koi, menghasilkan angka 1,6 ppm atom Nitrogen setiap hari.
a. Angka di atas akan menghasilkan 1,9 ppm amonia
(4,3 ppm untuk 2% pakan – 40% protein)
b. 1,9 ppm amonia akan menghasilkan nitrit hingga 5,2 ppm
(11,6 ppm untuk 2% pakan – 40% protein)

Jadi setiap hari kita menghasilkan 1,9 ppm amonia dan 5,2 ppm nitrit. Bila kita menghitung banyaknya kandungan amonia dan nitrit yang ada di kolam sekarang ini, kita tahu selisihnya adalah jumlah yang dapat diolah oleh bakteri pengurai setiap hari.
Bila di kolam kita tidak terdapat bakteri pengurai dan kita tidak melakukan pergantian air secara rutin, maka kandungan amonia dalam kolam akan terus bertambah 1,9 ppm setiap hari dan nitrit bertambah 5,2 ppm setiap harinya.
Bila ini terjadi maka Koi akan segera mati keracunan amonia dan nitrit. Biarkan dua minggu, maka semua Koi dalam kolam akan mati, bilapun ada yang tersisa, Koi akan terinfeksi Columnaris dan Aeromonas seperti busuk insang, busuk sirip, infeksi jamur sekunder, lubang di tubuh dan lain-lain.


Bagaimana Badan Koi yang ideal?

Para penghobi pemula biasanya membeli koi pertama mereka berdasarkan selera mereka sendiri. Apakah ini salah? Hmm.. yang namanya hobi… siapa sih yang mau larang? Biasanya yang pertama mereka pilih adalah koi yang mempunyai warna yang pekat dan yang pasti… pola yang mereka suka.

Sekali lagi, apakah ini salah?

Menurut saya begini…

Faktor seperti warna dan pola adalah hal yang penting diperhatikan ketika kita memilih koi, tetapi bila kita sempat bertukar pikiran dengan para penghobi yang lebih dulu ‘terjebak’ di hobi ini, mereka akan mengatakan bahwa ‘body conformation’ adalah hal utama yang harus dipertimbangkan ketika kita memilih calon klangenan kita. Untuk sekedar informasi, dalam kontes-kontes, bobot nilai yang paling besar dalam lembar penilaian juri adalah ‘body conformation’ ini. Bobotnya bisa sampai 50%, lo! Oleh karena itu, bila kita bermaksud untuk merawat koi kita untuk jangka panjang (sukur-sukur bisa ikut kontes) maka ‘body conformation’ sebenarnya harus menjadi poin pertama yang harus kita perhatikan.


Jadi, apa sih ‘body conformation’ itu sebenarnya? Apa saja yang menjadi elemen-elemen di dalamnya? Agar lebih jelas, kita uraikan satu persatu…


Pertama, yang paling mudah dilihat. Koi tidak boleh cacat, misalnya sirip hanya satu, badan yang membengkok, mulut yang sobek dan lain-lain. Yang penting juga, Koi harus sehat tanpa tanda bekas ulcers, bekas luka, jamur atau infeksi di setiap bagian badannya.


Kepala koi harus simetris dan ukurannya proporsional ketika dibandingkan dengan badannya – tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Bila transisi dari tutup insang ke bagian badan terlalu jelas maka kemungkinan kepalanya tidak proporsional. Ukuran dan bentuk moncongnya juga harus bagus – tidak terlalu pendek atau rata dan tidak terlalu menonjol. Perhatikan juga ukuran sirip-siripnya.


Penghobi pemula cenderung memilih koi berdasarkan warna dan pola (mungkin) karena kriteria ini lebih dikenal dan lebih sering dibahas dalam literatur-literatur dibandingkan ‘body conformation’. Mengapa di kebanyakan literatur hanya dibahas masalah warna dan pola? Hmm.. (mungkin juga) karena menjelaskan ‘body conformation’ yang baik dengan kata-kata memang agak sulit. Kebanyakan para penghobi mulai mengenal ‘body conformation’ yang baik setelah sering melihat koi-koi juara di kontes-kontes atau melihat foto-foto koi dalam literatur.


Badan koi yang baik harus sedekat mungkin dengan standar yang diterima umum dalam perkoian. Badan harus tebal dan bentuknya seperti torpedo, besar di bagian tengah dan semakin ke belakang semakin mengecil. Pangkal ekor dan bahu harus padat berisi. Koi yang terlalu gemuk atau terlalu kurus lebih baik jangan dipilih.


Akhirnya, tidak ada koi yang sempurna (seperti juga kita manusia). Jadi, menurut saya, koi tidak bisa dinilai dari kekurangannya. Malah kadang, sedikit kekurangan akan menambah keindahan koi – ini alasannya mengapa dalam penilaian koi tidak dengan cara menjumlahkan nilai-nilai plus dan minus poin yang dinilai. Keindahan koi diapresiasi lewat nilai keseluruhan dari bagaimana penampilan koi itu dan bagaimana kesan bagi yang melihatnya.


Sekilas tentang Pola Koi

Pola pada koi tosai bisa menjadi kunci juara atau malah menjadi ‘penghalang’ bagi koi tersebut. Saya bukan juri koi dan juga tidak coba-coba untuk menjadi juri, tetapi yang saya tahu, adanya warna atau pola pada bagian-bagian ‘yang tidak seharusnya’ akan membedakan mana koi yang layak diuji di kontes-kontes dan mana koi yang ‘hanya’ bagus ditampilkan di kolam kita di rumah. 


Memang benar – penilaian koi harus berdasarkan ‘nilai keseluruhan’ dari koi yang dikonteskan. Bahkan ada yang bilang, beberapa juri koi akan mengabaikan ‘cacat pola’ seperti yang dituliskan di buku-buku asalkan secara keseluruhan koi yang dinilai mempunyai pesona seperti sebuah karya seni.


Seperti yang kita tahu, penilaian terhadap sebuah karya seni adalah sangat subjektif. Oleh karena itu, seekor koi yang mempunyai pola yang non-dogmatis bisa disukai oleh seorang juri dan bisa juga dinilai biasa-biasa saja atau bahkan cacat oleh juri yang lain. Bagi pemula di kontes koi, mungkin lebih baik dan lebih amannya bila kita mengikutsertakan koi yang mengikuti aturan pola tradisional.


Aturan yang paling mendasar mengenai pola adalah keseimbangan, bukan hanya bentuk pola tetapi juga warnanya. Ini adalah poin penilaian dasar yang tidak akan pernah berbeda, siapapun jurinya. Juri mungkin saja mengabaikan satu atau dua bintik warna yang tidak seharusnya ada, tetapi yang pasti mereka tidak akan memberikan Piala pada Kujaku yang hanya mempunyai pola kecil di bagian samping badannya.


Ketika membandingkan dua ekor koi yang mempunyai nilai keseimbangan yang sama, koi dengan pola yang lebih kompleks akan mendapatkan peluang yang lebih besar. Alasannya? Karena tentu pola yang kompleks membuat keseimbangan lebih sulit dicapai… kira-kira begitu… Jadi Kohaku Sandan (pola 3-step) mendapatkan peluang yang lebih besar dibandingkan Nidan (2-step) dengan asumsi keduanya sama-sama memiliki keseimbangan yang sangat baik. Dengan begitu, Kohaku Yondan (4-step) akan mendapatkan peluang yang lebih besar dibandingkan Kohaku Sandan dengan kondisi keseimbangan yang sama.


Bagaimana dengan koi yang hanya memiliki satu-step? Apakah tidak mungkin mendapat gelar Grand Champion? Kalau ditanya mungkin sih, mungkin saja. Ingat, pola hanyalah salah satu dari poin penjurian dalam kontes-kontes.


Bicara tentang keseimbangan dan kompleksitas, ada pola tertentu yang seringkali dicari oleh penghobi koi. Salah satunya adalah pola inazuma. Pola inazuma mirip seperti halilintar atau pola zig-zag di kanan-kiri punggung koi.

Mengamati pola koi adalah salah satu aspek yang menyenangkan sebelum membeli dan membawanya pulang ke rumah. Ada aturan-aturan ‘text-book’ dan pakem yang jelas mengenai pola ini. Cobalah, sebelum berangkat ke dealer koi hapalkan pakem-pakem tadi dan kemudian coba terapkan aturan ini di depan bak-bak fiber dealer koi kepercayaan anda. Bagi saya pribadi, ini benar-benar menyenangkan. Tetapi ingat, kadang aturan-aturan ‘text-book’ ini kurang mengena dengan selera kita, so akhirnya… terserah anda. HAPPY HUNTING!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar